Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Dua bulan menjelang musim puasa pada akhir Mei nanti, mendorong perbaikan kinerja impor Maret 2017. Sebelumnya, impor pada Februari lalu sempat menurun.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kinerja impor Maret 2017 sebesar US$ 13,36 miliar, tumbuh 17,56% dibandingkan dengan impor bulan sebelumnya. Nilai impor tersebut juga naik 18,19% year on year (YoY). "Nilai impor ini juga merupakan tertinggi sejak Januari 2015," kata Kepala BPS Suhariyanto, saat konferensi pers, Senin (17/4).
Peningkatan impor secara bulanan tersebut terjadi di seluruh golongan penggunaan barang. Peningkatan tertinggi, terjadi pada impor barang konsumsi sebesar 58,21% dibanding Februari dengan kenaikan tertinggi pada impor buah-buahan serta gula dan permen.
Disusul dengan impor barang modal yang naik 18,8% dibanding bulan sebelumnya, yang didorong oleh kenaikan impor handphone dan notebook. Sementara impor bahan baku dan penolong naik 13,31% dibanding bulan sebelumnya, yang didorong ole kenaikan impor gula mentah, komponen telepon selular, dan bahan pakan ternak.
Dengan tingginya nilai impor di bulan Maret, impor selama kuartal pertama tahun ini tercatat sebesar US$ 36,68 miliar atau naik 14,83% YoY. Impor bahan baku dan penolong mengalami kenaikan tertinggi di kuartal pertama tahun ini, yaitu sebesar 18,05% YoY.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, peningkatan impor Maret karena persiapan puasa dan lebaran juga terindikasi dari kenaikan impor bahan baku dan penolong lainnya. Selain gula mentah dan komponen telepon selular, impor daging sapi, bijih plastik, dan komponen kendaraan bermotor juga meningkat.
"Itu untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri yang menjelang puasa ini semakin dibutuhkan," kata Sasmito. Ia memperkirakan, kenaikan impor masih akan terjadi di bulan ini dan mulai melambat di Mei nanti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News