Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APNB) 2021 mencapai 6,2% terhadap produk domestik bruto (PDB). Angka ini lebih tinggi dari target pemerintah sebesar 5,7% dari PDB.
Proyeksi tersebut tertulis dalam laporan IMF yang bertajuk World Economic Outlook Update edisi Juli 2021. Menurut IMF, besaran defisit tersebut lantaran dampak pandemi virus corona yang masih jadi momok bagi perekonomian Indonesia. Sehingga kebutuhan penanganan pandemi di bidang kesehatan dan ekonomi meningkat.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Muhammad Faisal mengatakan memang pandemi dan pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) akan banyak menambah belanja negara. Apalagi hingga saat ini belum ada tanda-tanda pemulihan yang signifikan.
Baca Juga: S&P: Ekspor Indonesia yang meningkat bisa menstabilkan neraca eksternal
Meski begitu, Faisal menekankan baiknya pemerintah fokus pada realokasi belanja negara. Apalagi realisasi anggaran bantuan sosial dan penanganan kesehatan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) hingga semester I-2021 masih di bawah 50% dari pagu.
“Yang perlu ditekankan juga adalah refocusing/realokasi belanja Kementerian/Lembaga (K/L) yang tidak urgent. Misalnya proyek-proyek infrastruktur yang bukan prioritas untuk dananya dialokasikan pada penanganan pandemi,” kata Faisal kepada Kontan.co.id, Kamis (29/7).
Cara itu dinilai lebih baik dilakukan daripada menambah penerbitan utang, apabila semester II-2021 membutuhkan anggaran penanganan Covid-19 lebih banyak lagi.
Menurutnya, jika pandemi bisa diatasi, maka ekonomi dengan sendirinya akan pulih. Dampaknya penerimaan pajak bisa menggeliat dan menjadi sumber pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang lebih optimal. Dus, Faisal berhadap defisit APBN 2021 harus bisa sesuai dengan proyeksi pemerintah saat ini.
Baca Juga: Lebih tinggi dari target pemerintah, IMF ramal defisit APBN capai 6,2% dari PDB
Sejalan, ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menganggap defisit fiskal tahun ini masih bisa diupayakan sebesar 5 5,7% dari PDB. Meskipun realisasi defisit semester I-2021 sudah mencapai 1,72% terhadap PDB, atau lebih tinggi dari realisasi defisit sepanjang semester I-2020 sebesar 1,67% terhadap PDB.
Selain realokasi/refocusing anggaran belanja negara, Faisal mengingatkan toh jug ada Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) juga tercatat Rp 136 triliun dan Saldo Anggaran Lebih (SAL) 2021 sebesar Rp 186,67 triliun yang bisa digunakan untuk menangani virus corona.
“Memang akibat adanya PPKM darurat level 3-4, kami melihat akan ada risiko revenue shortfall sebesar Rp 24 triliun, terutama dari sisi pajak,” ujar Faisal kepada Kontan.co.id, Kamis (29/7).
Kendati demikian, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) ada peluang penerimaan lebih tinggi hingga Rp 58 triliun dari target. Hal ini terakselerasi oleh naiknya harga-harga komoditas di tengah menguatnya permintaan dunia di tengah pemulihan.
Sinyal positif itu tercermin dari harga Indonesia Crude Price (ICP) saat ini sudah di atas asumsi ICP di APBN 2021.
Adapun Faisal memprediksi defisit APBN 2021 tidak akan melebihi 5,7% dari PDB. Sedangkan pertumbuhan ekonomi tahun ini dipatok sebesar 3,69% year on year (yoy).
Selanjutnya: Ekonom Bank Mandiri ramal kontribusi ekspor pada PDB akan naik pada semester II
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News