Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Dana Moneter Internasional atau International Monetar Fund (IMF) tak lama lagi akan mengeluarkan laporannya Spring 2018 Asia and Pacific Economic Outlook. Targetnya, laporan tersebut akan keluar 9 Mei 2018 nanti di Hong Kong.
Menurut Director of the Asia and Pacific Department at IMF Changyong Rhee, pertumbuhan ekonomi regional proyeksi memberikan kontribusi yang tak sedikit bagi pertumbuhan ekonomi global yakni lebih dari 60%. IMF memproyeksi, kontribusi pertumbuhan ekonomi Asia Pasifik akan tumbuh 5,6% di tahun 2018-2019. Posisi ini lebih tinggi 0,1% dari proyeksi IMF yang dibuat Oktober. Pertumbuhan tersebut akan didorong oleh permintaan eksternal dan perdagangan.
Rhee menyebut, perubahan proyeksi dengan outlook kenaikan tersebut bersumber dari penguatan ekonomi di Asia Pasifik. Jepang semisal, pertumbuhan ekonominya berpotensi akan naik, sebab selama delapan kuartal berturut-turut naik, dan diproyeksi naik di 1,2% tahun ini, naik 0,7% dari proyeksi IMF di Oktober 2016.
Adapun negara sebesar China diharapkan tumbuh moderat di 6,6% di 2018, 0,1% lebih tinggi dari proyeksi Oktober yang didorong dari sektor keuangan, perumahan, pengetatan fiskal. Adapun di India, prediksi pertumbuhan akan rebound ke 7,4% di 2018/2019, tak berubah dari bulan Oktober.
Pertumbuhan ekonomi India didorong oleh pulihnya ekonomi sebagai dampak perubahan kebijakan nilai tukar dan perpajakan. “Pertumbuhan yang kuat juga terjadi di negara-negara kecil dan pertumbuhan negara negara di kepulauan Pasifik,” ujar Rhee Kamis (19/4). Selain pertumbuhan ekonomi yang kuat, inflasi rendah juga terjadi di negara-negara Asia, meski ada kemungkinan akan kembali naik.
Menurut IMF, berbagai kebijakan struktur harus terus dilakukan di Asia. Masih rentannya ekonomi global, ancaman terhadap perang tarif, ketegangan geopolitik bisa berdampak serius di pasar keuangan dan di sektor riil.
Risiko jangka menengah yang menghadang adalah belum terjadinya keseimbangan ekonomi global, pertumbuhan yang bisa turun, termasuk kebijakan pengetatan fiskal dan meningkatnya tensi geopolitik. Tantangan jangka panjang yang juga menghantui pertumbuhan ekonomi global adalah naiknya populasi penduduk usia tua di Asia, turunnya produktivitas, revolusi digital yang membawa kesempatan besar dengan risiko. “Negara-negara Asia akan menghadapi risiko belum kaya tapi penduduknya sudah tua,” ujar Rhee.
Asia saat ini memang tengah menikmati inflasi yang rendah dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat. Meski begitu, menurut Rhee, pembuat keputusan tak boleh lengah. Penguatan ekonomi yang terjadi saat ini menjadi peluang untuk fokus terhadap kebijakan ekonomi dengan tetap menyiapkan bantalan, menaikkan ketahanan ekonomi, serta memperkuat reformasi struktural untuk menghadapi tantangan jangka panjang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News