kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

IHSG jeblok, ini penjelasan Menteri Keuangan


Selasa, 20 Agustus 2013 / 06:59 WIB
IHSG jeblok, ini penjelasan Menteri Keuangan
ILUSTRASI. PT Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk (GHON).


Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Menteri Keuangan Chatib Basri melakukan rapat khusus dengan jajaran Kementerian Keuangan terkait anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 5,5% dibanding pekan kemarin dan melorotnya nilai tukar rupiah hingga menembus level Rp 10.500 per dollar AS.

IHSG terkoreksi sangat dalam dibanding bursa regional seperti Thailand yang hanya turun 2,5%. Chatib menduga, penurunan IHSG masih dipengaruhi sentimen eksternal dan internal. Eksternal, kata dia, investor kini sedang khawatir menunggu sikap bank sentral Amerika Serikat terkait rencana pemberian stimulus fiskal (quantitative easing).

"Jadi kalau itu (pemberian stimulus) dilakukan bisa diperkirakan bahwa arus modal akan kembali ke Amerika Serikat. Karena itu bisa dilihat bahwa kondisi pasar modal (terutama di regional) jatuh lebih banyak," kata Chatib saat ditemui di kantornya, Jakarta, Senin (19/8).

"Kalau sentimen lainnya terkait persepsi atau kekhawatiran pasar mengenai Merryl Lynch yang mau ditutup oleh bank AS. Itu yang menimbulkan kekhawatiran," tambahnya.  Sementara dari sisi internal, menurut Chatib, neraca pembayaran Indonesia di kuartal II-2013 masih defisit.

Kondisi ini terjadi karena impor migas masih tinggi. Harga komoditas yang turun justru memukul jumlah ekspor. Ia optimistis, posisi neraca pembayaran di kuartal III-2013 akan lebih rendah. Pengaruh defisit neraca pembayaran akan membaik setelah ada kebijakan menaikkan harga BBM bersubsidi pada 22 Juni 2013 lalu.

Harapannya, dampak kebijakan tersebut akan membenahi posisi neraca pembayaran domestik. "Di kuartal II-2013 ini defisit masih tinggi karena harga BBM bersubsidi baru dinaikkan 22 Juni 2013. Jadi belum bisa meng-cover adjustment yang terjadi," jelasnya.

Lebih jauh, ia enggan mengungkapkan kebijakan yang akan diambil. Pihaknya masih menunggu rapat Forum Komunikasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK). Hingga malam ini, otoritas keuangan seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Deputi Gubernur Bank Indonesia hingga Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) masih melakukan rapat. (Didik Purwanto/Kompas.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×