Reporter: Abdul Basith | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengusaha berharap Perjanjian Kerja sama Ekonomi Komprehensif Indonesia dengan Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa (EFTA/IE-CEPA) dapat menarik laju investasi.
Pasalnya mengandalkan ekspor komoditas tidak berpengaruh besar bagi Indonesia. Perlu ada barang bernilai tambah dengan orientasi ekspor yang dapat menggenjot pertumbuhan ekspor.
"Pemerintah harus menciptakan peluang besar untuk mendorong investasi untuk produk ekspor kembali," ujar Ketua Komite Tetap Ekspor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Handito Joewono, Minggu (16/12).
Handito bilang skema CEPA dapat menjadi pintu yang baik masuknya investasi. Oleh karena itu hal tersebut harus dimanfaatkan oleh pemerintah.
Industri dari negara anggota EFTA yaitu Swiss, Liechtenstein, Islandia, dan Norwegia memiliki kemampuan. Potensi tersebut perlu difasilitasi oleh pemerintah.
"Saya berharap semakin lahirnya kesepakatan perjanjian investasi dari EFTA di Indonesia," terang Handito.
Asal tahu saja, investasi negara EFTA di Indonesia mengalami penurunan. Pada tahun 2017 investasi sebesar US$ 621 juta sedangkan hingga September 2018 nilai investasi negara EFTA di Indonesia sebesar US$ 212 juta dengan 215 proyek investasi.
Potensi sektor investasi yang terdapat dari negara EFTA antara lain adalah keuangan dan perbankan, telekomunikasi, farmasi, kimia dan plastik, ekstraksi pertambangan dan migas, energi panas bumi, serta manufaktur dan jasa logistik.
Sementara itu dari sektor ekspor komoditas CEP memberikan bantuan. Terutama bagi produk Crude Palm Oil (CPO) Indonesia yang kerap mengalami hambatan terutama yang bersifat non-tariff.
"Salah satu masalah adalah non-tariff barrier, kemungkinan CEPA banyak akan membantu," jelas Handito.
Hal itu jika telah dipastikan oleh Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional (Dirjen PPI) Kementerian Perdagangan (Kemdag) Iman Pambagyo. "Kita sepakat hambatan tarif dan non tarif diselesaikan di sini," ungkap Iman.
Ke depan Indonesia mendorong penerimaan EFTA terhadap sertifikasi keberlanjutan minyak sawit Indonesia (ISPO). Namun, hal itu memerlukan proses panjang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News