Reporter: Astri Kharina Bangun | Editor: Edy Can
JAKARTA. Himpunan Kerukunan Tani Indonesia menolak penghapusan bea masuk beras impor. HKTI menilai, penghapusan bea masuk akan menambah beban petani dalam negeri.
Ketua Harian HKTI Sutrisno Iwantoro menilai masuknya beras murah impor dengan bea masuk nol persen akan mengganggu petani. Padahal, dia bilang, banyak negara yang menerapkan bea masuk untuk mengamankan produksi beras dalam negeri.
Dia mencontohkan seperti Jepang. Menurutnya, Negeri Sakura itu menerapkan bea masuk beras hingga 400%. "Ini membuat harga beras impor di Jepang bisa lebih mahal sekitar tujuh sampai delapan kali dibandingkan di Indonesia," katanya, Senin (27/12).
Selain itu, Sutrisno bilang World Trade Organization (WTO) tidak melarang negara anggotanya mengenakan tarif bea masuk hingga 90% untuk sejumlah komoditas khusus termasuk di dalamnya beras, gula, dan jagung. Karena itu, dia mendesak pemerintah dan Bulog menambahkan stok dari petani lokal ketimbang mengimpor. "Bulog harusnya beli lebih mahal. Tidak untung kan tidak apa-apa," tegasnya.
Menurutnya, jika pemerintah terus membiarkan beras impor masuk dan beras murah membanjir, bisa-bisa petani tidak bersedia lagi memproduksi beras karena pendapatan cukup. Seperti diketahui, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengusulkan pembebasan bea masuk impor beras. Penghapusan bea masuk untuk impor beras untuk mengendalikan harga beras nasional yang kian melambung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News