kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hari ini dalam Sejarah: Pesawat Garuda jatuh di Deli Serdang, 234 orang meninggal


Kamis, 26 September 2019 / 18:55 WIB
Hari ini dalam Sejarah: Pesawat Garuda jatuh di Deli Serdang, 234 orang meninggal
ILUSTRASI. Pertumbuhan pergerakan pesawat


Reporter: kompas.com | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hari ini, 22 tahun yang lalu, pesawat Garuda Indonesia jenis Airbus A300-B4 dengan nomor penerbangan GA 152 jatuh dan terbakar di Desa Buah Nabar, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara sekitar pukul 13.18 WIB.

Harian Kompas edisi 27 September 1997 memberitakan, seluruh penumpang yang terdiri dari 222 penumpang dan 12 awak pesawat meninggal akibat kecelakaan nahas itu.

Direktur Utama Garuda Soepandi dalam keterangan persnya menyebutkan, pesawat yang dipiloti Capt. Rachmo Wiyogo (40) meninggalkan Bandara Cengkareng pada pukul 11.30 WIB. Pesawat dengan nomor penerbangan GA 152 tersebut dijadwalkan akan tiba di Bandara Polonia, Medan pukul 13.58 WIB.

Baca Juga: Hari ini dalam sejarah: Mandala Air meledak, 149 orang tewas termasuk Gubernur Sumut  

Namun, sekitar 30 kilometer dari Bandara Polonia, pesawat tersebut jatuh di tanah datar dan perbukitan, di dekat perkampungan. Tidak sedikit pun bagian pesawat yang masih utuh.

Semuanya hancur berkeping-keping dan hangus terbakar. Seluruh isi pesawat bercampur aduk dengan potongan tubuh manusia.

Bagi Garuda, kecelakaan jenis A300-B4 merupakan yang pertama kalinya. Kecelakaan ini juga menjadi kecelakaan pesawat terburuk di Tanah Air, setidaknya dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.

Baca Juga: Boeing beri santunan kepada tiap keluarga korban B-737 Max US$ 144.500

Kesaksian warga

Penduduk Desa Buah Nabar, Sarin br Bukit (42) mengaku terkejut dengan kejadian tersebut. "Mula-mula saya mendengar suara pesawat, rasanya dekat sekali sampai hampir memekakkan telinga. Tapi saya tidak melihat di mana pesawatnya," kata Sarin.

"Ketika keluar dari gubuk di ladang, tiba-tiba saya terkejut dengan suara ledakan dan terlihat moncong pesawat besar sekali mengarah kepada saya. Saking takutnya, saya menjerit minta tolong dan berlari sekuat-kuatnya," lanjutnya.

Menurut Sarin, ia mendengar lagi suara ledakan keras berulang-berulang yang tidak dapat dihitungnya berapa kali. Ledakan itu diselingi suara benturan badan pesawat dengan pohon besar sebelum pecah berkeping-keping. Setelah itu, dia melihat api membumbung tinggi.

Baca Juga: Dokumen investigasi bocor, beberapa faktor menjadi penyebab kecelakaan Lion Air JT610

Siang Ketaren (55) warga Dusun V, Desa Sembahe juga memberikan kesaksian serupa dengan Sarin. Saat kejadian, ia sedang bersama 10 temannya yang duduk-duduk di warung kopi.

Meski tidak melihat pesawat, mereka terkejut ketika mendengar suara ledakan sangat keras dan diikuti ledakan keras berikutnya berkali-kali. "Kami berlari ke lokasi jatuhnya pesawat itu. Sesampainya di sana yang kami lihat hanya api yang masih berkobar. Setelah itu kami mengutus Pilot Purba untuk melapor ke Polsek," ungkap Siang.

Kengerian kecelakaan itu juga disaksikan oleh petugas SAR saat mengevakuasi korban. Sesekali mereka mengekspresikan kengeriannya.

Terkadang mereka meringis saat harus mengumpulkan potongan tubuh yang bergelimang darah. Hampir seluruh mayat yang ditemukan tidak ada yang utuh.

Investigasi

Harian Kompas edisi 5 Oktober 1997 memberitakan, kejadian nahas tersebut kemungkinan tidak terjadi bila pilot menolak perintah petugas menara ATC. Sebelumnya, petugas ATC memerintahkan pilot untuk menurunkan ketinggian dan tidak membelokkan pesawat.

Baca Juga: Hari Ini dalam Sejarah: Tragedi 9/11 dan kisah tak terungkap di baliknya

Harian Kompas edisi 22 Oktober 1997 memberitakan, kotak hitam CVR (cockpit voice recorder) dan FDR (flight data recorder) ditemukan pada 21 Oktober pada kedalaman yang sama, berjarak 10-15 meter dengan letak ekor jatuhnya pesawat.

Investigasi kecelakaan Garuda GA-152 itu pun selesai pada 8 November 1999. Ketua AAIC (Aircraft Accident Investigation Committee) Prof Oetarjo Diran menuturkan,  kecelakaan tersebut kemungkinan disebabkan oleh banyak faktor. Namun, ia tidak memberikan lebih lanjut terkait penyebab pastinya.

Penulis: Ahmad Naufal Dzulfaroh

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hari Ini dalam Sejarah: Garuda Indonesia Jatuh di Deli Serdang, 234 Orang Meninggal"

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×