CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Dokumen investigasi bocor, beberapa faktor menjadi penyebab kecelakaan Lion Air JT610


Selasa, 24 September 2019 / 19:11 WIB
Dokumen investigasi bocor, beberapa faktor menjadi penyebab kecelakaan Lion Air JT610
ILUSTRASI. Pesawat Boeing 737 MAX 8 maskapai Lion Air


Sumber: Kompas.com | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) harus merilis laporan investigasi kecelakaan Boeing 737 Max 8 Lion Air penerbangan JT610 pada 29 Oktober 2019, atau satu tahun setelah kecelakaan yang menewaskan 189 penumpang dan kru itu. 

The Wall Street Journal mengklaim telah mendapatkan bocoran draft laporan akhir KNKT. Menurut bocoran dokumen laporan, tim investigasi Indonesia menunjuk faktor desain pesawat dan kesalahan pengawasan yang memegang peranan penting dalam kecelakaan tersebut. 

Faktor-faktor lain yang disebut turut berkontribusi adalah hubungan antara pilot error dan kesalahan pemeliharaan pesawat. Namun detail laporan akhir kecelakaan B737 Max Lion Air penerbangan JT610 di atas masih bisa berubah dan akan dianalisa lebih lanjut. 

KNKT menolak berkomentar saat dimintai keterangan soal bocoran ini. KNKT hanya mengatakan bahwa laporan hasil investigasi kecelakaan Lion Air JT610 akan dirilis pada awal November 2019 mendatang. 

Baca Juga: Boeing beri santunan kepada tiap keluarga korban B-737 Max US$ 144.500

Pilot kurang pengalaman? 

Sementara KNKT bersiap merilis laporan investigasi kecelakaan Lion Air JT610, The New York Times Magazine juga menerbitkan analisa mereka sendiri pada Rabu (18/9) lalu. 

Analisis tersebut dibuat oleh William Langewiesche, jurnalis kawakan yang juga seorang pilot. Menurut Langewiesche, faktor bisnis penerbangan maskapai LCC membuat pilot yang masih tergolong baru menerbangi rute-rute internasional, sehingga membahayakan nyawa penumpang. 

Lion Air, kata Langewiesche, merekrut pilot-pilot yang kurang berpengalaman, lalu membayar murah dan meminta mereka bekerja keras. 

Kapten penerbangan JT610 yang jatuh di Laut Jawa pada 29 Oktober 2018 lalu adalah seorang berkebangsaan India berumur 31 tahun, yang disebut terlalu dini menjadi pimpinan penerbangan, dibandingkan dengan maskapai-maskapai lain. 

Baca Juga: FAA menunggu detail perangkat lunak sebelum 737 MAX dapat kembali mengudara

Begitu pesawat Boeing 737 Max bermasalah, kru Lion Air disebut tidak bisa memitigasi kerusakan. Hal lain yang menunjukkan kurang berpengalamannya pilot Lion Air JT610 adalah saat berkomunikasi dengan ATC, ia disebut tidak tahu berapa ketinggian pesawat. 

Kecelakaan B737 Max Ethiopian Airlines ET302 pada 10 Maret 2019 lalu, juga memiliki indikasi kapten pilot yang masih terlalu dini, hanya memiliki 200 jam terbang. 

CEO Aero Consulting Experts, Ross Aimer menyatakan bahwa 200 jam terbang itu sangat sedikit, dan jika pilot berada dalam keadaan darurat, bisa menjadi masalah. "Pesawat yang rumit jika diterbangkan siswa pilot, bakal jadi masalah," kata Aimer. 

"Bahkan jika yang duduk di kiri (kapten) sudah memiliki banyak pengalaman, jadinya pengalaman yang tidak seimbang, itu juga bisa jadi masalah," imbuhnya. (Reska K. Nistanto)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bocoran Dokumen Ungkap Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Lion Air JT610"

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×