Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Harga minyak mentah mencapai level terendah sejak tahun 2003 di awal perdagangan minggu ini. Data Bloomberg, Senin (18/1) sore ini, harga minyak mentah dunia anjlok ke US$ 29,26 per barel.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan, anjloknya harga minyak bisa berdampak positif. Menurutnya, ekspor nonmigas bisa meningkat lantaran biaya produksi yang menurun yang kemudian diikuti oleh penurunan harga produk. Hal tersebut akan menyebabkan produk ekspor nonmigas Indonesia lebih kompetitif.
Dampak penurnan harga minyak sepanjang 2015 saja sangat signifikan. Ekspor sepanjang 2015 tercatat sebesar US$ 150,25 miliar, menurun 14,77% year on year (YoY).
Sedangkan impor sepanjang 2015 tercatat sebesar US$ 142,74 miliar, menurun lebih dalam, sebesar 19,89% dibanding ekspor tahun 2014.
Menurut Kepala BPS Suryamin, penurunan ekspor tersebut terjadi karena menurunnya sejumlah harga komoditas seiring dengan anjloknya harga minyak mentah. Dari 22 komoditas ekspor yang diamati, hanya harga kakao yang mengalami perbaikan, yaitu naik 13,65% dibanding 2014.
"Tetapi 21 komoditas lainnya mengalami penurunan lebih dari 10%," kata dia, Jumat (15/1) lalu.
Sementara itu, ekspor pada bulan Desember 2015 tercatat US$ 11,89 miliar atau naik 6,98% dibanding November 2015. Kenaikan ekspor tersebut disumbang dari kenaikan ekspor nonmigas sebesar 10,12%. Sementara ekspor migas mengalami penurunan sebesar 13,20%. Menurut asuryamin, meski harga minyak menurun, terdapat kenaikan pada harga minyak sawit 1,25% dan minyak kernel sawit 7,64%
Sementara itu, untuk impor Desember tercatat US$ 12,12 miliar atau naik 5,23% dibanding November 2015. Impor migas maupun nonmigas, sama-sama mengalami peningkatan masing-masing sebesar 9,61% dan 4,5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News