Sumber: Kompas.com | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Kepala Riset PT Bahana Securities, Harry Su, mengungkapkan bahwa pemerintah seharusnya tidak ragu-ragu menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Apalagi, turunnya harga minyak dunia juga bisa dimanfaatkan pemerintah hingga tidak perlu menaikkan harga BBM terlalu tinggi.
Dengan asumsi pemerintah menaikkan harga BBM sebesar Rp 2.000 atau 31% dari harga saat ini, maka pada 2015 inflasi mencapai 8,38%. Sementara, pada 2015 pertumbuhan ekonomi akan turun mencapai 4,94% . Meski turun, namun ada kesempatan perbaikan pada defisit neraca berjalan (curret account deficit).
"Kenapa Rp 2.000 saja sudah cukup? Karena ICP, atau Indonesian Crude Oil Price itu sekitar 95 (dollar AS per barrel). Kalau Kita naikkan Rp 2.000 per liter, dana subsidi yang bisa diselamatkan mencapai Rp 133 triliun, dan bisa digunakan untuk keperluan lain yang lebih produktif. Sebetulnya kenaikan Rp 2.000 ini sudah cukup untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan janji Jokowi untuk mengembangkan perekonomian Indonesia," ujar Harry di Jakarta, Rabu (22/10).
Penurunan harga minyak dunia, tutur Harry, terjadi karena pelemahan dari perekonomian dunia secara umum. Bahana mencatat, aktivitas bisnis di Eropa, Australia, dan China terus melemah. Selain minyak, perlambatan permintaan global juga terus menekan harga komoditas, termasuk baja. (Tabita Diela)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News