Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Trend penurunan harga minyak mentah Indonesia (ICP) diprediksi akan berlanjut hingga tahun depan. Hal ini sebagai dampak melemahnya permintaan dan kenaikan produksi minyak Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC).
Berdasarkan data Kementerian Keuangan (Kemkeu), harga minyak mentah Indonesia secara rata-rata dari awal tahun hingga September 2014 sebesar US$ 104,37 per barel. Nilai harga ini lebih rendah dibanding rata-rata ICP tahun 2013 lalu yang sebesar US$ 105,6 per barel.
Perkiraan Kemkeu dalam tiga bulan terakhir 2014, harga ICP masing-masing akan berada pada posisi US$ 93 per barel pada bulan Oktober, US$ 94 per barel pada bulan November, dan US$ 95 per barel pada bulan Desember. Alhasil secara rata-rata hingga akhir tahun ICP akan berada pada level US$ 101,79 per barel.
Rata-rata ini berada di bawah pagu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2014 yang sebesar US$ 105 per barel. Penurunan ICP ini diproyeksikan akan terus terjadi hingga tahun 2015.
Kemkeu memprediksi rata-rata ICP pada tahun 2015 sebesar US$ 100,67 per barel. Padahal dalam APBN 2015 pemerintah mematok pagu ICP sebesar US$ 105 per barel.
Penurunan harga ICP yang cukup lumayan berada di bawah pagu ini bisa membantu meringankan defisit anggaran tahun ini dan tahun depan. Dirjen Anggaran Kemkeu Askolani mengatakan setiap penurunan US$ 1 per barel akan mengempiskan defisit anggaran. "Sekitar Rp 2 triliun untuk satu tahun," ujarnya ketika dihubungi KONTAN, Selasa (21/10).
Potensi pengecilan defisit hingga Rp 2 triliun ini tentu sangat membantu anggaran untuk bisa bergerak lebih leluasa. Namun, seperti yang telah dijelaskan Askolani sebelumnya, ada variabel lain yang paling sensitif terhadap anggaran yaitu rupiah. Dengan kondisi rupiah saat ini, diakui Askolani, ada potensi anggaran subsidi BBM melebihi target.
Asal tahu saja, rata-rata rupiah hingga Jumat (17/10) telah mencapai Rp 11.766 per dolar Amerika. Target rupiah dalam APBN-P 2014 sebesar Rp 11.600.
Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menjelaskan, defisit anggaran bisa membengkak hingga Rp 2,6 triliun setiap pelemahan Rp 100. Dengan harga minyak yang lebih rendah, hitungan sederhanya memang beban subsidi akan menurun. Namun tidak boleh dilupakan bahwa di sisi lain rupiah juga mengalami pelemahan. "Sehingga net mungkin tidak terlalu signifikan," terang Chatib.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News