Reporter: Siti Masitoh | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga minyak global bertahan dekat level terendah sejak dua pekan terakhir. Kondisi tersebut dinilai menguntungkan realisasi belanja subsidi energi yang akan lebih rendah, namun penerimaan negara dari komoditas tersebut akan berkurang.
Kepala Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M Rizal Taufikurahman menyampaikan, perkembangan harga minyak global memang berimplikasi pada postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) utamanya pada penerimaan negara dari sektor minyak dan gas (migas).
“Penurunan harga minyak mentah dunia berpotensi akan menurunkan beban subsidi energi, namun dampak ke penerimaan negara misalnya dari migas tentu akan mempengaruhi secara langsung,” tutur Rizal dalam agenda Diskusi Publik 100 hari AstaCita Ekonomi Memuaskan? Rabu (29/1).
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Turun, Penerimaan Negara Terdampak
Sejalan dengan itu, ia memperkirakan, apabila nilai tukar rupiah masih mengalami depresiasi, terdapat potensi pendapatan devisa negara dari ekspor akan berkurang.
Melihat kondisi tersebut, Rizal menyarankan agar pemerintah mewaspadai kondisi harga minyak mentah dunia dari waktu ke waktu, karena pergerakannya yang tidak stabil, dan rentan dipengaruhi situasi geopolitik.
Kemudian, ketergantungan terhadap komoditas global juga perlu dikurangi, karena akan sangat mempengaruhi kinerja APBN kita.
“Paling penting melakukan disertifikasi basis penerimaan, kemudian efisiensi subsidi energi, dan memiliki instrumen untuk melindungi nilai tukar rupiah. Selama ini kan sering kali kita sangat tergantung, apalagi asumsi makro kita sangat sensitif terhadap perubahan itu,” ungkapnya.
Baca Juga: Harga Minyak Bangkit dari Posisi Terendah, Investor Bersiap Hadapi Tarif Trump
Seperti diketahui, mengutip dari Reuters, Selasa (28/1) pukul 09.45 WIB, harga minyak jenis Brent untuk kontrak pengiriman Maret 2025 naik 12 sen, atau 0,2% ke US$ 77,20 per barel.
Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Maret 2025 naik 10 sen atau 0,1% menjadi US$ 73,27 per barel.
Harga minyak Brent ditutup pada hari Senin (27/1) pada level terendah sejak 9 Januari, sementara WTI mencapai level terendah sejak 2 Januari.
China, importir minyak mentah terbesar di dunia, melaporkan kontraksi tak terduga dalam aktivitas manufaktur pada bulan Januari pada hari Senin, menambah kekhawatiran baru atas pertumbuhan permintaan minyak mentah global.
"Penurunan harga minyak semalam terjadi karena data PMI China yang lemah kemarin dan arus penghindaran risiko menyusul penurunan tajam saham teknologi AS," kata Tony Sycamore, analis di IG.
Permintaan minyak mentah China juga diperkirakan akan terpukul oleh sanksi AS terbaru terhadap perdagangan minyak Rusia.
Selanjutnya: Pemerintah Dikabarkan Bakal Tunda Ekspor LNG, Ini Dampaknya
Menarik Dibaca: 11 Obat Herbal Penurun Gula Darah Alami yang Efektif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News