kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Minyak Dunia Turun, Kemenkeu: Belum Tentu Kebutuhan Subsidi Ikut Turun


Kamis, 01 September 2022 / 18:31 WIB
Harga Minyak Dunia Turun, Kemenkeu: Belum Tentu Kebutuhan Subsidi Ikut Turun
ILUSTRASI. Harga minyak dunia turun dalam beberapa hari terakhir.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak dunia turun dalam beberapa hari terakhir. Kamis (1/9) pukul 07.15 WIB, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman November 2022 turun 37 sen atau 0,4% ke US$ 95,27 per barel.

Plt Kepala Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Wahyu Utomo mengatakan, penurunan harga minyak tersebut tidak berarti akan menghemat anggaran subsidi energi.

“Harga minyak yang turun belum tentu berpengaruh ke subsidi, namun bergantung ke variable lainnya,” tutur Wahyu kepada awak media saat ditemui di Gedung Parlemen DPR RI, Kamis (1/9).

Baca Juga: BPS: Kenaikan Harga BBM Non Subsidi Sumbang Inflasi 0,2%

Menurutnya, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi pembayaran subsidi dan kompensasi energi. Yakni, kurs nilai tukar rupiah, volume konsumsi, dan juga harga minyak mentah (ICP).

Sehingga meski harga minyak turun, belum tentu akan mengurangi realisasi subsidi energi, sebab tetap memperhitungkan volume konsumsi dan nilai tukar.

Untuk diketahui, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Oktober 2022 turun 32 sen atau 0,4% ke US$ 89,23 per barel.

Volatilitas pasar baru-baru ini telah mengikuti kekhawatiran tentang pasokan yang tidak memadai dalam beberapa bulan setelah invasi Rusia ke Ukraina dan karena OPEC berjuang untuk meningkatkan produksi.

Namun, produksi di OPEC dan Amerika Serikat telah naik ke level tertinggi sejak awal pandemi virus corona. Produksi OPEC mencapai 29,6 juta barel per hari (bph) dalam bulan terakhir, menurut survei Reuters. Sejalan, produksi AS naik menjadi 11,82 juta bph pada Juni. Keduanya berada di level tertinggi sejak April 2020.

Sementara itu, aktivitas pabrik China memperpanjang penurunan pada Agustus karena infeksi Covid-19 baru, gelombang panas terburuk dalam beberapa dekade, dan sektor properti yang diperangi yang membebani produksi, menunjukkan ekonomi akan berjuang untuk mempertahankan momentum.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Turun Dipicu Penguncian Covid-19 China, WTI ke US$ 87,69

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×