Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Naik turun harga bahan bakar minyak (BBM) berpengaruh langsung pada jumlah orang miskin. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah penduduk miskin Indonesia selama enam bulan sampai Maret 2015 sebanyak 28,59 juta orang atau 11,22% dari total populasi Indonesia.
Sebagai gambaran pada September 2014, jumlah penduduk miskin di Indonesia masih 27,73 juta orang atau 10,96% dari total jumlah penduduk. Artinya dalam enam bulan terakhir, jumlah penduduk miskin di negeri ini bertambah 860.000 orang.
Namun secara persentase dari total jumlah penduduk, kali ini angkanya turun. Maret 2014, jumlah penduduk miskin berbanding total populasi sebesar 11,25% atau 28,28 juta orang. Maret 2015, persentase jumlah penduduk miskin Indonesia turun 0,03%.
Kepala BPS Suryamin menyatakan, ada beberapa faktor penyebab kenaikan angka kemiskinan. "Periode September 2014-Maret 2015 terjadi inflasi cukup tinggi, sebesar 4,03%," ujarnya, Selasa (15/9).
Inflasi melejit seiring dua kali kenaikan harga BBM pada November 2014 dan akhir Maret 2015. Kenaikan harga ini berdampak pada turunnya garis kemiskinan, sebab inflasi tidak diikuti peningkatan pendapatan masyarakat.
Secara nasional, rata-rata harga beras meningkat 14,48% dari Rp 11.433 per kilogram pada September 2014 menjadi Rp 13.089 per kilogram pada Maret 2015. Harga bahan pokok lainnya seperti cabe rawit serta gula pasir masing-masing naik 26,28% dan 1,92%.
Upah buruh tak naik
Kenaikan harga ini tidak ditunjang dengan kenaikan upah buruh. Secara riil, rata-rata upah buruh tani per hari pada Maret 2015 turun 1,34% dibanding upah buruh tani per September 2014 dari Rp 39.045 menjadi Rp 38.522 per hari.
Tingkat inflasi pedesaan tercatat 4,4% selama periode September 2014-Maret 2015. Dengan kondisi itu, orang miskin di pedesaan lebih tinggi dibanding perkotaan. Kemiskinan di pedesaan pada Maret 2015 sebesar 14,21% atau 17,94 juta orang, sedangkan perkotaan sebesar 8,29% atau 10,65 juta orang.
Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan pada Maret 2015 juga naik. Jika pada September Indeks Kedalaman Kemiskinan sebesar 1,75, naik jadi 1,97 pada Maret 2015. Sementara Indeks Keparahan Kemiskinan naik dari 0,44 ke 0,54.
Pengamat Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listyanto berpendapat naiknya angka kemiskinan tak lepas dari tren pelambatan ekonomi, sehingga lapangan kerja sedikit. Dia memprediksi dengan kondisi sekarang, hingga tahun depan angka kemiskinan cenderung naik.
Dia berharap upaya menjaga daya beli melalui dana desa dan menambah beras bagi orang miskin menjadi penahan laju kemiskinan. Pemerintah juga harus mendorong Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). "Arahkan pembiayaan melalui bank atau non bank ke UMKM," katanya. Sebab UMKM menyerap banyak tenaga kerja. Dan, turunkan pula harga BBM.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News