Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konflik Rusia dengan Ukraina masih belum kunjung mereda. Di saat yang bersamaan, harga-harga komoditas justru terus melambung tinggi terpicu oleh konflik ini. Naiknya komoditas tersebut tentu akan mengganggu belanja negara, terutama dari sisi subsidi energi.
Ekonom Center of Reforn on Economics (Core) Yusuf Rendy mengatakan, harga bahan bakar minyak (BBM) diperkirakan akan naik dalam waktu dekat. Hal ini sejalan dengan kondisi saat ini, yaitu harga keekonomian dari beragam produk BBM sudah mengindikasikan akan mengalami peningkatan.
“Jadi ada peluang tinggal menunggu waktu saja harga BBM akan naik,” tutur Yusuf Kepada Kontan.co.id, Senin (28/3).
Begitupun dengan harga listrik, dengan meningkatnya harga batubara saat ini, maka ongkos produksi juga berpeluang mengalami peningkatan.
Baca Juga: Realisasi Subsidi Energi Mencapai Rp 21,7 Triliun Per Februari 2022
Meski begitu, Yusuf menghimbau agar pemerintah tidak menaikkan tarif BBM dan listrik dalam waktu dekat atau minimal di semester I tahun ini. Sebab akan menimbulkan inflasi terutama di bulan Ramadan dan juga Idul Fitri nanti.
Dia juga yakin, pemerintah masih mampu memberikan subsidi energi kepada masyarakat, mengingat penerimaan negara saat ini menunjukkan kinerja yang positif.
“APBN saya kira masih akan mampu menahan apabila beban subsidi bertambah apabila BBM dan tarif listrim tidak dinaikkan. Apalagi di bulan awal indikator penerimaan negara masih menujukkan capaian positif,” imbuhnya.
Menurutnya, paling cepat, pemerintah bisa menaikkan harga listrik dan BBM minimal selepas lebaran. Namun dengan catatan, harus menghitung tekanan dari sisi inflasi. Misalnya inflasi karena harga pangan Ketika Idul Adha, dan juga momentum lain yang dipengaruhi harga pangan global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News