kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga BBM Bersubsidi Turun Kalau Minyak US$ 95


Jumat, 12 September 2008 / 22:35 WIB
Harga BBM Bersubsidi Turun Kalau Minyak US$ 95


Reporter: Hikmah Yanti,Dian Pitaloka | Editor: Test Test

JAKARTA. Marilah berharap harga minyak mentah dunia terus turun. Sebab, pemerintah berniat menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jika harga minyak Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) turun ke harga US$ 95 dolar per barel. "Kalau ICP turun di bawah itu, pemerintah pasti akan duduk bersama untuk membahas kemungkinan itu," kata Direktur Jenderal Migas Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Evita Legowo, kepada KONTAN, Jumat (12/9).

Sikap sikap pemerintah pantas didukung. Sebab harga minyak mentah dunia akhir-akhir memang terus turun. Pada 2 April 2008 lalu, harga minyak di bursa New York Merchantile Exchange di bawah US$ 100 per barel. Padahal harganya sempat  menyentuh US$ 147 per barel. Harga pada  Rabu (10/9) lalu sempat merosot hingga posisi US$ 102,58 per barel untuk minyak jenis Light, turun 68 sen dolar dibanding hari sebelumnya. Yang lebih rendah lagi, harga minyak jenis Brent turun sebesar 1,37 dolar pada posisi US$ 98,97 per barel.

Tapi Ekonom Standard Chartered Bank Eric Alexander Sugandi  menyangsikan hal ini. "Kemungkinan itu sangat kecil dan terlalu jauh untuk terjadi," katanya saat dihubungi Kontan.

Ada banyak pekerjaan rumah pemerintah dan perusahaan minyak di Indonesia untuk memungkinkan hal itu terwujud. Misalnya peningkatan produktivitas kilang, peningkatan lifting dan eksplorasi baru. Selain itu, karena Indonesia masih termasuk net importir untuk minyak, maka harga minyak dunia masih sangat berpengaruh. Harga minyak dunia masih dipengaruhi faktor -faktor lain yang lebih fundamental. Di antaranya masalah geopolitik, pertumbuhan ekonomi global dan spekulasi di pasar komoditas. "Jangan sampai kemungkinan yang sangat kecil ini hanya sekedar wacana populer di pemilu mendatang," kata Alexander.

Selain itu, meskipun harga BBM subsidi turun belum tentu beban subsidi di APBN akan langsung berkurang karena pola konsumsi dan volume BBM bersubsidi kemungkinan tidak akan berkurang.  “Meskipun harga BBM bersubsidi turun butuh waktu untuk menyesuaikan atau menurunkan besar konsumsi individu atau negara yang menggunakan BBM," kata Alex lagi.

Sementara Direktur Center for Petroleum and Energy Economics Studies  Kurtubi meminta agar pemerintah tidak mewacanakan dulu perihal penurunan BBM bersubsidi. Pasalnya masih terlalu dini untuk memprediksikan harga minyak akan jatuh di bawah asumsi APBN-P 2008. "Jangan buru-buru mewacanakan kepada rakyat karena penurunan ini tidak akan berlangsung lama," kata Kurtubi.

Ia memprediksikan harga minyak akan merangkak naik di triwulan ke empat nanti menyusul naiknya permintaan menjelang musim dingin. Siklus kenaikan di akhir tahun memang mudah diprediksi. Variabel penentu lainnya adalah melemahnya nilai dollar Amerika. Ia memprediksikan harga minyak akan mendekati 120 dolar per barel di akhir tahun 2008.

Namun, lanjut Kurtubi, pemerintah silakan saja menurunkan harga BBM bersubsidi. Asalkan berani menanggung resiko bahwa harga minyak akan kembali naik. "Harga BBM bersubsidi mungkin saja diturunkan tapi tidak signifikan dan sifatnya sementara," katanya. Ia berpendapat, menurunkan harga BBM bersubsidi mungkin saja langkah yang populer, namun tidak bijak. "Subsidi BBM bisa dihemat untuk membuat investasi baru yang menumbuhkan lapangan kerja," katanya.

Sekadar informasi, harga minyak dunia belakangan ini seolah terjun bebas. Pada awal September lalu, minyak Brent Nort Sea yang diperdagangkan di London merosot ke titik psikologisnya, yaitu 100 dolar per barel. Penurunan ini merupakan kali pertamanya sejak 2 April lalu. Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman pada Oktober jatuh ke posisi terendah US$99,04 sebelum ditutup pada US$100,34 di London, turun US$3,10. Begitu juga dengan minyak mentah Light Sweet untuk pengiriman Oktober, jatuh US$3,08 menjadi ditutup pada US$103,26 per barel.

Turunnya harga minyak dunia terjadi lebih karena perlambatan ekonomi dunia. Pertumbuhan ekonomi yang stagnan di negara maju membuat konsumsi minyak mentah ikut terseret.Namun, rupanya kita tak bisa berharap pemerintah menurunkan harga BBM begitu saja. Pertamina sebagai pemain tunggal dalam pendistribusian BBM subsidi memang tak bisa serta merta melakukan penyesuaian harga terhadap minyak mentah dunia. "Harga BBM subsidi itu merupakan domain pemerintah," kata Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina (Persero) Achmad Faisal Kamis (11/9).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×