Reporter: Noverius Laoli | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kepala Divisi Operasi PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) Tjipto Rahadi mengungkapkan, tenaga kerja konstruksi di seluruh Indonesia sudah mencapai 6,6 juta orang. Dari jumlah tersebut, hanya 3,4 juta yang mendapat jaminan keselamatan kerja.
Hal ini disebabkan, hanya perusahaan pelat merah dan sebagian perusahaan besar saja yang mendaftarkan tenaga kerjanya dalam program jaminan keselamatan kerja. Sementara, perusahaan sedang dan kecil masih belum tertarik. “Yang terikat sistem managemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) konstruksi hanya proyek-proyek pemerintah dan sebagian kecil perusahaan swasta,” ujar Tjipto, Kamis (12/5).
Menurut Tjipto, besarnya jumlah perusahaan yang masih belum mengikatkan diri pada program SMK3 sangat membahayakan para pekerja. “Justru di proyek-proyek kecil dan dikelola perusahaan-perusahaan kecil terjadi banyak kecelakaan,” imbuhnya. Pasalnya, menurut Cipto, di sana kesadaran para tenaga kerja akan pentingnya keselamatan kerja masih sangat rendah. Hal itu terlihat dari banyaknya jumlah pekerja dari proyek-proyek kecil yang mengalami kecelakaan.
Soeharsojo, Ketua Umum BPP Gapensi menambahkan, kecelakaan di lingkungan kerja konstruksi cukup besar. Hal itu disebabkan lemahnya sumber daya manusia (SDM) dan permodalan dari perusahaan. Maka, agar kesadaran itu tumbuh, Gapensi bekerja sama dengan Jamsostek mengadakan pelatihan agar kesadaran itu muncul. “Kerjasama dengan Jamsostek telah kami mulai sejak awal tahun 2010 hingga kini,” ujar Soeharsojo.
Soeharsojo mengatakan upaya yang dilakukan Gapensi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat adalah meningkatkan pengetahuan para anggotanya yang saat ini sebanyak 154.000 orang. Hasilnya pun sudah dapat dilihat, di mana sepanjang tahun 2010 tenaga kerja yang mengalami kecelakaan semakin berkurang. “Para pekerja meminta agar program keselamatan kerja dari Jamsostek terus ditingkatkan,” tegas Soeharsojo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News