kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hadapi Kemarau, Pemerintah Harus Lakukan Ini untuk Menghindari Inflasi Pangan


Senin, 06 Mei 2024 / 12:28 WIB
Hadapi Kemarau, Pemerintah Harus Lakukan Ini untuk Menghindari Inflasi Pangan
ILUSTRASI. Petani memotong sisa padi di lahan pertanian yang kering di Desa Lulut, Nambo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (3/9/2020). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat (Jabar) mencatat bencana kekeringan mulai terjadi di sejumlah wilayahnya seperti di Bogor, Indramayu, dan Cirebon. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/aww.


Reporter: Aurelia Lucretie | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kemarau pada bulan Mei 2024 diprediksi akan berlangsung dengan suhu tinggi dan cuaca cerah sepanjang siang. 

Pengamat pertanian Center of Reform on Economic (CORE) Eliza Mardian menilai, suhu panas saat kemarau membawa dampak ke sektor pertanian terlebih perihal ketersediaan air dan serangan hama. Hal ini berpengaruh pada produksi bahan pangan.

"Air ini sangat krusial bagi tanaman, ketika kekurangan air, tanaman kurang optimal tumbuh sehingga produksinya dapat berkurang, hal ini tentunya akan mempengaruhi ketersediaan pasokan pangan," terang Eliza kepada Kontan.co.id, Senin (6/5). 

Baca Juga: Cara Mencegah Dehidrasi Saat Cuaca Panas, Sudah Coba?

Eliza bilang, apabila dampak kemarau tidak diindahkan dapat mempengaruhi harga pangan yakni terjadi inflasi harga pangan. 

Oleh karena itu, dia mengimbau pemerintah untuk betul-betul memberikan perhatian khusus perihal dampak dari kemarau sebab hampir semua tanaman produksinya akan terganggu apabila kekurangan air. 

Menurutnya, pemerintah perlu untuk memastikan kelancaran distribusi air pengairan lahan. Hal ini bisa dilakukan dengan bantuan pompa. Dalam jangka pendek, pemerintah perlu memastikan stok air hingga irigasi tersier.

Namun, pompanisasi merupakan solusi jangka pendek yang relatif mahal. Dia menyarankan perbaikan jangka pendek dan menengah dalam tata kelola pengairan lahan.

Untuk jangka menengah dan panjang, pemerintah dinilai perlu untuk memprioritaskan revitalisasi hulu irigasi.

Bukan tanpa alasan, Eliza menyebut bahwa tak jarang hulu sungai yang mengalami pendangkalan dan kerusakan pintu-pintu air. Maka, perlu peremajaan yang komprehensif. 

Baca Juga: Petani Berjaga-jaga dari Teriknya Kemarau Bulan Mei 2024

Selain itu, perlu ada aksi kolektif dari kementerian/lembaga terkait untuk memperbaiki tata kelola manajemen air agar kebijakan yang dihasilkan koheren, tepat sasaran, dan tidak tumpang tindih satu dengan yang lain. 

"Kita lihat di (dana alokasi khusus) DAK fisik, irigasi itu anggarannya kecil banget. Jadi memang perlu skala prioritas di tengah anggaran pemerintah yang terbatas," ujar Eliza. 

"Perlunya strategi 5 tahunan yang realistis dan sesuai kebutuhan," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×