Reporter: Dwi Nur Oktaviani |
JAKARTA. Hamdi Moeloek, Guru Besar Psikologi Politik UI, berpendapat maraknya terorisme Indonesia saat ini bisa disamakan dengan peredaranarkoba.
“Teroris bisa dianalogikan seperti narkotika karena menyangkut persoalan supply dan demand,” ujar Hamdi dalam acara Dialog Kenegaraan DPD RI mengenai Teroris Mulai Menyeret Media, di gedung Nusantara IV, Rabu (27/4).
Maksudnya, narkotika tidak akan terputus kalau supply banyak dan otomatis penggunaannya pun banyak. Sebaliknya, supply narkoba tidak akan berkurang jika demand atau permintaan narkoba tiap hari kian diminati.
Menurutnya, terorisme tidak akan berakhir jika ternyata masih banyak masyarakat yang bersedia menjadi teroris alias menawarkan dirinya menjadi pengikut. Karena menurut Hamdi saat ini sudah banyak beredar site-site teroris yang dengan mudah bisa dibaca orang. Alhasil perekrutan pun dengan mudah terjadi.
“Banyak orang yang tidak direkrut menjadi teroris tapi orang tersebut datang ke jaringan teroris. Banyak site-site bagi orang yang haus direkrut. Dalam terminology ada orang yang haus dahaga dan mencari kebenaran yang sejati. Dari sisi demand memang ada orang-orang yang mencari dahaga kebenaran yang paling benar. Itu banyak,” tegasnya.
Tak hanya sampai di situ, Guru Besar Psikologi Politik UI itu pun menyatakan jika perekrutan terorisme itu sebenarnya tidak dipatok dari status pendidikan.
Bahkan, dalam studi-studi terorisme tidak ada spesifikasi khusus dalam perekrutan anggota. “Semuanya bisa direkrut. Pintar, bodoh, tua atau muda,” tambahnya.
Namun, ia menjelaskan jika orang yang mempelajari ilmu exacta itu lebih gampang dicekokin alias dipengaruhi dibanding orang yang mempelajari ilmu sosial.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News