kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.191.000   16.000   0,74%
  • USD/IDR 16.742   -34,00   -0,20%
  • IDX 8.099   58,67   0,73%
  • KOMPAS100 1.123   8,34   0,75%
  • LQ45 803   6,91   0,87%
  • ISSI 282   2,37   0,85%
  • IDX30 422   3,62   0,87%
  • IDXHIDIV20 480   0,21   0,04%
  • IDX80 123   1,39   1,14%
  • IDXV30 134   0,51   0,38%
  • IDXQ30 133   0,20   0,15%

Gubernur BI: Penguatan Ekositem Riset Jadi Kunci Hadapi Tantangan Global


Sabtu, 27 September 2025 / 11:40 WIB
Gubernur BI: Penguatan Ekositem Riset Jadi Kunci Hadapi Tantangan Global
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesa Perry Warjiyo menjawab pertanyaan wartawan saat konferensi pers hasil rapat Dewan Gubernur di Gedung Thamrin Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (19/3/2025). Bank Indonesia (BI) menggarisbawahi, ekosistem riset menjadi fondasi penting untuk mendukung kebijakan nasional, khususnya dalam merespons dinamika geopolitik, risiko iklim, dan akselerasi digitalisasi. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/Spt.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menggarisbawahi, ekosistem riset menjadi fondasi penting untuk mendukung kebijakan nasional, khususnya dalam merespons dinamika geopolitik, risiko iklim, dan akselerasi digitalisasi.

Hal itu mengemuka pada pembukaan Konferensi Internasional Bulletin of Monetary Economics and Banking (BMEB) ke-19 dan Call for Papers di Bali, Jumat (26/9/2025). Konferensi BMEB tahun ini mengangkat tema “Geopolitics, Climate Risks, and Digitalisation: The Future of Central Banking".

Gubernur B Perry Warjiyo menegaskan, terdapat tiga tren utama yang dihadapi perekonomian, yaitu dinamika geopolitik dan geoekonomi, perubahan iklim, serta digitalisasi dan disrupsi teknologi.

Menurutnya, ketiga faktor tersebut perlu diantisipasi melalui kebijakan yang adaptif dan sinergis agar selaras dengan agenda pembangunan nasional Asta Cita pemerintah.

“Tantangan ini menuntut kita semua, para peneliti ekonomi, pembuat kebijakan, dan juga saya sendiri sebagai gubernur bank sentral, untuk beradaptasi dan menyesuaikan kebijakan agar mampu menjaga stabilitas sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi,” tutur Perry mengutip keterangannya, Jumat (26/9/2025).

Baca Juga: BI Catat Penyaluran Kredit Perbankan Naik 7% per Agustus 2025

Untuk menjaga perekonomian dari dampak rambatan global, Perry menyampaikan lima respons kebijakan yang telah diterapkan Bank Indonesia. Lima kebijakan itu meliputi pengembangan dan penerapan bauran kebijakan bank sentral di tengah fragmentasi global dan ketidaksempurnaan pasar, pengembangan sistem pembayaran digital, kebijakan mendorong keuangan keberlanjutan dan inklusif, penguatan koordinasi dengan pemerintah, serta peningkatan kerjasama lintas negara.

Sejumlah isu strategis turut mengemuka dalam konferensi ini. Pada aspek perubahan iklim, para akademisi menyoroti dorongan kerja sama regional ASEAN+3 untuk mempercepat transisi hijau, seiring fragmentasi geopolitik yang menghambat dekarbonisasi, bukti empiris dampak cuaca terhadap pertumbuhan, sektor-sektor kunci, dan inflasi, seraya menekankan bahwa respons moneter perlu mempertimbangkan apakah guncangan bersifat sementara atau persisten, serta pentingnya ruang fiskal dan perlindungan asuransi untuk meredam dampak.

Di bidang digitalisasi, diskusi menyoroti transformasi bank sentral di era digital, termasuk risiko dan peluang stable coin bagi transmisi moneter, desain dan prinsip central bank digital currency (CBDC), penguatan kehati-hatian serta inklusi, hingga urgensi koordinasi fiskal–moneter dan standar lintas negara.

Baca Juga: Bertemu Gubernur BI, Purbaya: Kebijakan Kemenkeu dan BI Selaras

Diskusi ini menjadi ruang bagi akademisi dan pembuat kebijakan untuk merumuskan rekomendasi yang bermanfaat, sehingga memberi kontribusi nyata bagi pembangunan ekonomi nasional dan memperkuat peran Indonesia dalam menghadapi tantangan global.

Adapun BMEB merupakan wahana diseminasi riset mutakhir, ruang dialog ilmiah lintas negara, serta penguatan perumusan kebijakan berbasis bukti, khususnya bagi negara berkembang.

Pada call for paper tahun ini, panitia menerima 320 naskah lengkap, terdiri atas 172 naskah dari Indonesia dan 148 naskah dari negara lain. Setelah melalui proses peer review yang ketat, terpilih 34 hasil riset dari 12 negara yaitu Indonesia, Australia, Tiongkok, Prancis, India, Italia, Malaysia, Filipina, Republik Korea, Taiwan, Uni Emirat Arab, dan Inggris.

Melalui forum ini, Indonesia menegaskan komitmen untuk memperkuat riset ekonomi dan menghadirkan solusi nyata bagi tantangan global.

Selanjutnya: Klasemen Livoli Divisi Utama, Jadwal & Live Streaming Indomaret vs Ganevo Yogya

Menarik Dibaca: Skin Barrier Rusak? Konsumsi 7 Makanan untuk Memperkuat Skin Barrier Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU

[X]
×