Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bayangan pengetatan kebijakan moneter dari bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve makin nyata.
Pengetatan kebijakan moneter atau yang juga disebut tapering off ini ditakutkan akan membawa dampak terhadap stabilitas pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia.
Meski begitu, Gubernur BI Perry Warjiyo yakin dampak tapering off dari The Fed ini tidak akan sebesar taper tantrum pada tahun 2013.
“Saya tegaskan sekali lagi. Kebijakan tapering off The Fed ini dampaknya tidak akan sebesar di 2013. Baik ke global, emerging market, bahkan ke Indonesia. Insya Allah tidak akan sebesar itu,” ujar Perry, Kamis (19/8).
Perry menjelaskan dasar optimismenya. Pertama, The Fed sangat terbuka, alias komunikasi bank sentral AS tersebut sangat jelas terkait kerangka kerja, kebijakan seperti apa, perkiraan ekonomi, inflasi, dan tingkat pengangguran juga sangat jelas.
Baca Juga: BI sudah pasang kuda-kuda hadapi tapering off AS
Dengan demikian, pasar termasuk Indonesia akan lebih mudah memahami bagaimana pola kerja kerangka The Fed ke depan.
Kedua, BI sudah memiliki kebijakan yang matang dalam mengelola risiko tapering off, baik itu dampaknya kepada nilai tukar rupiah dan pergerakan arus modal asing yang masuk.
Dalam hal ini, BI sudah siap untuk melakukan triple intervention berupa intervensi di pasar spot, DNDF, dan pembelian SBN di pasar sekunder bila asing melepaskan kepemilikan SBN nya.
Selain itu, BI juga akan siap dalam mengelola perbedaan imbal hasil SBN dalam dan luar negeri agar menarik bagi investor asing untuk membeli obligasi pemerintah.
Ketiga, BI memiliki bantalan yang cukup gendut berupa cadangan devisa yang hingga akhir Juli 2021 berada di posisi US$ 137,4 miliar.
“Ini lebih dari cukup untuk melakukan stabilisasi di tengah risiko tapering off,” tandas Perry.
Selanjutnya: Gold eases on dollar uptick, but ebbing taper bets cap losses
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News