kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.250.000   11.000   0,49%
  • USD/IDR 16.640   37,00   0,22%
  • IDX 8.140   21,59   0,27%
  • KOMPAS100 1.116   -2,74   -0,25%
  • LQ45 782   -2,78   -0,35%
  • ISSI 287   0,98   0,34%
  • IDX30 411   -1,53   -0,37%
  • IDXHIDIV20 463   -3,28   -0,70%
  • IDX80 123   0,03   0,02%
  • IDXV30 133   -0,26   -0,19%
  • IDXQ30 129   -0,89   -0,69%

Gubernur BI mengaku gemas, mengapa?


Selasa, 19 Juli 2016 / 09:20 WIB
Gubernur BI mengaku gemas, mengapa?


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo tidak bisa menahan diri untuk tidak mengomentari penyusunan anggaran pemerintah. Dalam rapat kerja antara pemerintah dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakayat (DPR) kemarin, Agus mengaku akan mendorong proses reformasi penyusunan anggaran.

Padahal, biasanya Agus jarang mengomentari kebijakan pemerintah termasuk tata cara penyusunan anggaran. Namun kali ini ia tidak bisa menahan diri, karena merasa gemas, setelah salah satu anggota Komisi XI mendorong pemerintah untuk memperbaiki penyusunan perencanaan.

Penyusunan perencanaan anggaran dinilai tidak baik dan harus dipebaiki, karena setiap tahun realisasinya selalu meleset. "Reformasi anggaran kalau bukan sekarang kapan lagi," ujar Agus, Senin (18/7) di Jakarta.

Namun, ia mendorong langkah itu bisa mulai dilakukan oleh DPR, khususnya Komisi XI. Mengingat, penyusunan anggaran selalu melibatkan DPR, walaupun diajukan oleh pemerintah.

Agus bahkan, menyarankan DPR untuk berkonsultasi dengan mantan Menteri Keuangan dan juga mantan Wakil Presiden Boediono. Boediono dianggap memiliki kemampuan yang lebih dalam menyusun anggaran.

Menurutnya, Boediono dianggap mampu mengelola ruang fiskal ketika Indonesia dalam masa pemulihan dari krisis moneter tahun 2001-2004. "Itu hanya masukan, karena saya gemas," katanya.

Beberapa hal yang harus didiskusikan mengenai penyusunan anggaran diantaranya terkait pokok-pokok kebijakan fiskal, termasuk dalam penerbitan Surat Berharga Negara (SBN). SBN diterbitkan untuk menutupi defisit anggaran.

Selama ini, penerbitan SBN dalam bentuk valuta asing selalu mendapatkan respon yang lebih negatif dibandingkan dengan SBN mata uang rupiah. Padahal, dalam kondisi saat ini, penerbitan SBN valas jauh lebih murah dibandingkan SBN mata uang domestik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×