kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Gubernur BI: Ada 5 hal penting untuk kembangkan ekosistem halal value chain


Senin, 21 Juni 2021 / 13:48 WIB
Gubernur BI: Ada 5 hal penting untuk kembangkan ekosistem halal value chain
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo


Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) berupaya mengembangkan mata rantai ekonomi halal atau halal value chain Indonesia agar bisa berdaya dalam mendukung perekonomian nasional.

Tak hanya untuk mendukung pengembangan ekonomi nasional, tetapi halal value chain ini diharapkan bisa lebih kompetitif, produktif, dan juga memberdayakan ekonomi umat.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, ada empat hal penting yang perlu diperhatikan untuk mengembangkan halal value chain ini.

Pertama, sertifikasi halal. Perry mengatakan, adanya sertifikasi halal ini akan mendorong produk Indonesia bisa lebih mendunia. Pasalnya, saat ini pemain produk halal tidak hanya Indonesia, tetapi banyak juga negara yang menerapkan ini.

Baca Juga: BI komitmen perkuat sinergi dalam pengembangan ekonomi keuangan syariah

“Negara lain mengembangkan sertifikasi produk halal. Apakah makanan, fashion, kosmetik. KIta sebagai salah satu pemain dunia harus memiliki ini,” ujar Perry, Senin (21/6).

Kedua, pengembangan ekosistem pelaku usaha. Dalam hal ini, Indonesia harus membuat integrasi antarunit usaha supaya mendukung pertumbuhan ekonomi dan menyejahterakan rakyat.

Dalam hal ini, bisa dibentuk tiga kelompok, seperti masyarakat kecil dengan basis pesantren. Kemudian masyarakat menengah dan atas bisa dibentuk kelompok asosiasi.

Ketiga, pengembangan produk. Untuk Indonesia sendiri, produk yang dinilai kompetitif adalah makanan baik itu mentah maupun sudah diproses, fesyen, pariwisata, kosmetik dan pharmaceutical, dan terkait energi terbarukan.

Kelima, halal value chain harus end-to-end baik dari produksi hingga marketing. Dalam proses produksi apakah akan berbasis rakyat, umat, atau yang lain.

Sementara dari sisi marketing, bisa dengan kampanye gaya hidup halal, memanfaatkan berbagai web seminar, termasuk bagaimana Indonesia memanfaatkan platform digital baik untuk pemasaran, financing, dan lain-lain.

Selanjutnya: Dorong pemulihan ekonomi, BI tetapkan enam langkah kebijakan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×