kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Golkar menyorot penggunaan energi alternatif


Senin, 24 Maret 2014 / 13:07 WIB
Golkar menyorot penggunaan energi alternatif
ILUSTRASI.


Reporter: Risky Widia Puspitasari | Editor: Tri Adi

JAKARTA. Isu soal pengelolaan sumber daya alam (SDA) dan energi menjadi fokus penting bagi Partai Golkar dalam kampanyenya pemilu 2014. Golkar ingin Indonesia segera mengganti energi fosil ke renewal energy alias energi terbarukan.

Sesuai dengan program yang telah dirumuskan oleh Golkar dalam Visi Kesejahteraan Negara 2045, masalah energi menjadi salah satu proyek utama Golkar. Dalam sepuluh tahun pertama, Golkar menjual visi mengurangi ketergantungan energi.

Dimulai dari penggunaan sumber energi alternatif seperti air, panas bumi, solar dan bahkan mungkin nuklir. "Kalau terus menerus memakai minyak kan terbatas jadi memang harus mencari energi alternatif lain. Untuk saat ini fokus kami pada energi gas," ujar Harry Azhar, politisi Partai Golkar yang juga Wakil Ketua Komisi XI DPR RI.

Nantinya Golkar ingin memetakan daerah mana saja yang memiliki potensi alam. Pemetaan energi nasional menjadi penting untuk mengolah SDA yang ada di suatu daerah sehingga pengelolaan menjadi lebih efisien.

Senada dengan Harry, anggota Komisi V DPR RI, Ali Wongso pun menegaskan Golkar menginginkan agar program energi alternatif ini segara terlaksana. Misalnya di daerah Kalimantan Tengah yang kini kaya dengan sumber daya alam batubara, potensi ini yang harus dimanfaatkan adalah agar masyarakat sana bisa menggunakan lebih banyak batubara sebagai sumber energi, ketimbang memakai bahan akar minyak (BBM).

Dengan program yang jelas ditambah infrastruktur yang memadai, Ali optimistis investor tak segan untuk menanamkan modalnya. Selai itu pemerintah perlu memberikan insentif pajak. Seperti yang dilakukan oleh China yang memberlakukan sistem zero tax, sehingga banyak investor masuk.

Pemerintah sekarang pilih memberikan subsidi dalam jumlah besar untuk BBM. Padahal dana subsidi ini bisa diberikan untuk mengembangkan energi alternatif.

Selain memaksimalkan produksi dan pemanfaatan energi alternatif BBM, Golkar ingin mendorong pemerintah membenahi. "Kontrak yang merugikan negara," kata Harry.

Selain itu Golkar ingin agar penjualan SDA mengacu pada kemampuan daya beli di dalam negeri. Jangan sampai pemerintah pilih jualan ke luar negeri, karena ingin menikmati untung, sementara di dalam negeri kekurangan energi, dan harus impor dengan harga lebih mahal.                   



Program bagus belum tentu bisa terlaksana

Kaya pengalaman tak menjadi jaminan bagi Partai Golkar untuk menawarkan program yang yang variatif saat kampanye pemilu. Tawaran partai berlambang pohon beringin ini tak berkembang, hanya cocok jadi wacana lama saja.

Meskipun program pengalihan sumber energi fosil ke energi terbarukan sejatinya bagus, tapi selama ini tak bisa terlaksana di lapangan. "Harus ada blue print yang jelas, jangan hanya sekadar wacana," ujar Didin S. Damanhuri, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Dalam blue print harus jelas soal teknis pelaksanaan terutama persiapan pendanaannya. Jika tidak ada cost analysis, maka program bagus yang ditawarkan hanya akan jadi sekadar jargon dalam pemilu saja.

Menurut Didin, konversi energi bukan soal sederhana, karena di dalamnya terdapat mafia energi. "Babat habis korupsi dan kepentingan mereka," ujarnya.

Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui, selain membabat korupsi, Golkar juga harus mempersiapkan energi terbarukan lainnya. Nah, agar konversi ini jalan, maka, harga energi jangan terlalu mahal agar bisa terjangkau rakyat.

Pendapat senada diungkapkan Indria Samego, peneliti senior bidang politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Ia menilai program energi Partai golkar jika terlaksana bisa mengatasi suplai energi fosil yang jumlahnya makin terbatas. "Asal semua bisa dilakukan dengan konsisten, hasilnya bisa bagus," kata Indria.

Meskipun demikian, Indira mengingatkan, saat ini masyarakat masih skeptis dengan berbagai jargon politik yang ditawarkan oleh partai politik. Karena itu setiap partai politik perlu memiliki perincian program yang detail. "Banyak orang Golkar ada di pemerintahan, tapi, ya, kita lihat masih seperti ini saja, tidak bisa berbuat apa-apa," tandas Indria.

Terbukti, pengalaman tak cukup menjamin perbaikan.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×