kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.950.000   -18.000   -0,91%
  • USD/IDR 16.310   12,00   0,07%
  • IDX 7.156   38,26   0,54%
  • KOMPAS100 1.043   8,35   0,81%
  • LQ45 800   4,89   0,62%
  • ISSI 232   2,05   0,89%
  • IDX30 415   0,46   0,11%
  • IDXHIDIV20 485   0,27   0,06%
  • IDX80 117   0,78   0,67%
  • IDXV30 119   -0,05   -0,04%
  • IDXQ30 133   0,10   0,08%

Geopolitik Memanas, Bank Sentral Dilema Pangkas Bunga, Pertumbuhan Ekonomi Terancam?


Selasa, 17 Juni 2025 / 15:52 WIB
Geopolitik Memanas, Bank Sentral Dilema Pangkas Bunga, Pertumbuhan Ekonomi Terancam?
Menkeu Sri Mulyani bersama jajaran Kemenkeu saat pemaparan kondisi APBN 2025 di Jakarta (17/6).


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyoroti ketegangan geopolitik global dan meningkatnya tekanan inflasi menciptakan dilema besar bagi bank sentral di seluruh dunia.

Harapan akan penurunan suku bunga pada 2025 semakin tertunda, meski indikator pertumbuhan ekonomi menunjukkan pelemahan yang kian nyata.

Sri Mulyani menyebut, kondisi ketidakpastian global tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi arah kebijakan moneter ke depan. Pasalnya, ekspektasi sebelumnya bahwa suku bunga akan mulai menurun, kini terganjal oleh kombinasi disrupsi pasokan dan lonjakan harga komoditas akibat konflik global.

“Kita lihat suku bunga akan tertahan di tinggi, padahal tadinya kita perkirakan 2025 harusnya sudah mulai mengalami penurunan,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers, Selasa (17/6).

Baca Juga: Manufaktur Global Terkontraksi, Sri Mulyani: Berdampak Pada Barang Ekspor RI

Menurutnya, kombinasi perang dagang dan konflik yang saat ini memanas yakni Iran dan Israel, telah menimbulkan supply shock yang nyata.

Situasi ini memicu tekanan harga serupa dengan yang terjadi saat invasi Rusia ke Ukraina, yang pada akhirnya menghambat langkah pelonggaran moneter oleh bank-bank sentral besar seperti The Fed, Bank of England, maupun European Central Bank (ECB).

“Harusnya 2025 ini bank-bank sentral di negara-negara maju sudah mulai bisa menurunkan suku bunga, namun kita lihat kecenderungan penurunan suku bunga ini tertahan,” tegas Sri Mulyani.

Di satu sisi, tekanan inflasi tinggi mendorong perlunya suku bunga tetap tinggi. Namun di sisi lain, pertumbuhan ekonomi yang melemah seharusnya didorong dengan stimulus moneter, bukan pengetatan.

“Dengan situasi yang tadi diperkirakan growth melemah harusnya suku bunga turun. Tapi inflasi naik karena adanya harga komoditas yang melonjak akibat perang. Inilah yang kemudian akan dihadapi oleh banyak bank sentral di dunia,” imbuh Sri Mulyani.

Baca Juga: Singgung Efisiensi, Sri Mulyani: Belanja APBN Baru Terserap 28,1% pada Mei 2025

Selanjutnya: SKK Migas: Proyek Hidayah, Genting Oil, Geng North & Andaman Bakal Onstream di 2026

Menarik Dibaca: Cara Cerdas Manfaatkan Lahan Kosong Jadi Usaha yang Menguntungkan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×