kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.924.000   -8.000   -0,41%
  • USD/IDR 16.247   -69,00   -0,42%
  • IDX 6.839   6,46   0,09%
  • KOMPAS100 988   -0,14   -0,01%
  • LQ45 759   -1,02   -0,13%
  • ISSI 223   0,31   0,14%
  • IDX30 391   -0,95   -0,24%
  • IDXHIDIV20 456   -0,40   -0,09%
  • IDX80 111   -0,02   -0,02%
  • IDXV30 112   -0,15   -0,13%
  • IDXQ30 127   -0,17   -0,14%

Genjot Investasi Hilir Nikel dan Tembaga, Kendala Ini Perlu Dihilangkan


Senin, 14 November 2022 / 21:19 WIB
Genjot Investasi Hilir Nikel dan Tembaga, Kendala Ini Perlu Dihilangkan
ILUSTRASI. Pengembangan mobil listrik akan mendorong investasi yang jumbo pada industri hilir nikel dan tembaga


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengembangan mobil listrik akan mendorong investasi yang jumbo pada industri hilir nikel dan tembaga. Hal tersebut sejalan dengan meningkatnya kebutuhan akan kendaraan listrik yang lebih ramah lingkungan.

Potensi tersebut juga didorong dengan upaya pemerintah untuk melakukan hilirisasi nikel dan tembaga, guna mengembangkan ekosistem kendaraan listrik.

"Semua hal ini berpotensi mengundang investasi terutama investasi asing," kata Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah kepada Kontan.co.id, Senin (14/11).

Piter menambahkan, dengan potensi investasi tersebut, maka pemerintah perlu mengurangi atau bahkan menghilangkan semua hambatan investasi.

"Pemerintah sudah mengeluarkan UU Cipta Kerja. Sekarang tinggal mengoptimalkannya. Pemerintah juga harus memberikan lebih banyak kepastian kepada investor, mengurangi kebijakan yang tidak konsisten," imbuhnya.

Baca Juga: Butuh Aluminium Karbon Rendah, Hyundai Motor Company Gandeng Adaro Minerals (ADMR)

Hal senada juga disampaikan Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira. Bhima menyebut, selama ini Indonesia hanya memproduksi nikel setengah yang dikirim ke China untuk produksi baterai.

Maka guna memaksimalkan potensi nikel dan tembaga rantai pasok hilirisasi perlu diubah. Agar Indonesia bisa mendapatkan banyak manfaat dari hilirisasi nikel.

"Kalau produk jadi berupa mobil listrik maupun komponennya, suku cadang dan baterai itu bisa diproduksi di Indonesia, tentu efek bergandanya akan sangat besar. Bahkan mungkin bisa melebihi dari serapan tenaga kerja di sektor manufaktur otomotif yang basisnya adalah bensin," kata Bhima.

Namun, Bhima menyebut dalam menarik investasi membutuhkan waktu dan juga membutuhkan kesiapan kawasan industri.

Maka secara paralel pemerintah diminta untuk mendorong pemain otomotif dari Jepang dan Korea Selatan untuk ikut terjun dalam menciptakan ekosistem mobil listrik di Indonesia.

"Bahan baku dari Indonesia ada, mereka juga sudah punya how to untuk industri otomotif. Harusnya pemain Jepang, Korea yang eksisting itu didorong untuk masuk memproduksi baterai dan kendaraan listrik. Harusnya didorong lebih cepat, karena pabriknya sudah ada tinggal melakukan switching," jelasnya.

Baca Juga: Dukung Mobil Listrik, CNGR China Investasi US$ 5 Miliar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×