Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah pengusaha memperkirakan sektor manufaktur masih ekspansif di tahun ini sejalan dengan permintaan dalam negeri yang juga meningkat.
Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S.Lukman tetap optimistis bahwa industri makanan dan minuman masih menguat di tengah ancaman perlambatan ekonomi di tahun ini.
Gapmmi melihat, permintaan dalam negeri dan permintaan global masih tetap menguat di tengah kondisi tersebut.
"Kami industri makanan dan minuman (mamin) tetap optimis karena ternyata permintaan dalam negeri naik, begitu juga ekspor. Dan beberapa kesempatan karena beberapa negara masih belum pulih industrinya, jadi cari substitusi produk pangan," ujar Adhi kepada Kontan.co.id, Senin (2/1).
Baca Juga: Pengusaha Ajukan Gugatan Terhadap Aturan Upah Minimum 2023, Begini Respon Menaker
Adhi menyampaikan, beberapa industri juga sudah mulai stok bahan baku untuk persiapan puasa dan lebaran. Sementara itu, momentum perayaan pesta demokrasi seperti pemilu juga diharapkan dapat memicu aktivitas konsumsi sehingga dapat mendorong peningkatan kinerja sektor manufaktur.
Dirinya berharap, berbagai kebijakan yang dilakukan di tahun ini perlu terus mendukung daya beli kelas bawah lantaran rawan tergerus akibat berbagai tantangan yang akan dihadapi tahun ini, berbeda dengan kelas menengah atas yang masih dinilai membaik daya belinya.
"Penghapusan PPKM juga memicu aktivitas lebih banyak," katanya.
Seperti diketahui, industri manufaktur Indonesia makin menggeliat. Ini tercermin dari peningkatan Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang meningkat menjadi 50,9 pada Desember 2022.
Baca Juga: Selama Nataru, Industri Mamin Diprediksi Tumbuh Sekitar 10%-15%
Angka ini meningkat 0,6 poin jika dibandingkan pada bulan sebelumnya yang tercatat 50,3. Angka ini juga menjadi yang tertinggi dalam tiga bulan terakhir dan juga konsisten tetap di level 50,0 selama enam belas bulan berturut-turut.
Meningkatnya manufaktur Indonesia ini didorong oleh kenaikan permintaan atas barang-barang produksi Indonesia. Kondisi permintaan ini menyebabkan kenaikan pesanan baru pada bulan Desember.
Ketua Umum Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) Yustinus Harsono Gunawan mengatakan, naiknya indeks manufaktur Indonesia pada periode tersebut menunjukkan bahwa konsumsi domestik semakin menguatkan fondasi sektor manufaktur, meskipun harus diakui bahwa permintaan globalnya cenderung menurun.
Untuk itu, Yustinus menilai bahwa kebijakan pemerintah tetap efektif dan wajib diperkuat, misalnya saja kebijakan harga gas bumi tertentu US$ 6 per MMBTU di titik serah pengguna gas bumi (plant gate) dan juga relaksasi pelaksanaan kebijakan bebas Over Dimension Over Load (ODOL) yang terbukti teruji sangat efektif menahan dampak negatif dari pandemi Covid-19.
Baca Juga: Industri Pangan Akan Serap Garam Lokal Asal Penuhi Spesifikasi
"Perlu dicatat, bahwa kedua kebijakan tersebut diputuskan berdasarkan kajian-kajian akademis, dan sebelum pandemi diumumkan 1 Maret. Artinya, prospek manufaktur tetap baik, optimisme dengan syarat harga gas bumi tertentu (HGBT) 6 dan relaksasi bebas ODOL dilanjutkan," ucap Yustinus.
Menurutnya, kebijakan HGBT 6 terbukti menjadi penyelamat manufaktur di tengah pandemi. Artinya, kebijakan tersebut dipastikan juga mampu mendukung sektor manufaktur dalam menghadapi berbagai guncangan di tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News