Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memproyeksi kenaikan produksi minyak sawit di 2020 akan melambat dibandingkan tahun 2019.
Ketua Umum Gapki Joko Supriyono mengatakan, produksi minyak sawit tahun ini diperkirakan masih akan tumbuh, tetapi tak lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.
Asal tahu saja, di 2019 lalu produksi minyak sawit Indonesia tumbuh sekitar 9% dari tahun 2018, di mana produksinya naik dari 47,43 juta ton menjadi 51,8 juta ton. Produksi minyak sawit tersebut, terbagi atas crude palm oil (CPO) sebanyak 47,18 juta ton dan palm kernel oil (PKO) sebesar 4,6 juta ton.
Baca Juga: Tembus 51,8 juta ton, produksi minyak sawit Indonesia tumbuh 9% di tahun 2019
Menurut Joko, hal ini dipengaruhi berbagai faktor seperti cuaca di 2019 dan berkaitan dengan masalah pemupukan. Untuk faktor cuaca, Joko menjelaskan, musim kering panjang yang terjadi di 2019 akan berpengaruh pada produksi di 2020.
"Menurut para ahli, faktor musim kering tahun lalu bisa berdampak pada produksi minimal 8 bulan sampai 1,5 tahun terhadap produksi berikutnya. Jadi kalau benar musim kering faktor yang signifikan, maka produksi tahun ini akan terpengaruh," ujar Joko, Senin (3/2).
Kedua, adanya pengaruh rendahnya harga sawit pada 2 tahun terakhir membuat pelaku usaha termasuk petani mengurangi pemupukan. Padahal pengurangan pemupukan akan berpengaruh pada produksi hingga 2 tahun berikutnya.
Baca Juga: Ekspor minyak sawit tahun 2019 naik 4,2% jadi 36,1 juta ton, bagaimana di tahun 2020?
"Kalau kedua faktor itu berpengaruh, mungkin tahun ini kenaikan produksinya akan turun. Kalau tahun lalu 4 juta, tahun ini mungkin tidak sampai 4 juta. Yang bisa saya katakan incremental tahun ini pasti lebih rendah dari tahun lalu," jelas Joko.
Joko menambahkan, upaya replanting yang dilakukan belum akan berpengaruh pada produksi sawit tahun ini. Pasalnya, penanaman dalam program replanting sawit baru efektif dilakukan pada 2018. Sementara, hasil dai replanting tersebut baru akan terlihat 5 tahun berikutnya.
Joko pun berharap semua pihak fokus pada peningkatan produktivitas minyak sawit, mengingat permintaan atas minyak sawit di dalam negeri dan global terus meningkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News