Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Pemerintah menyatakan, secara umum inflasi di daerah-daerah di Tanah Air tidak bersinggungan langsung ke proses produksi. Akan tetapi, distribusi dinilai menjadi faktor pemicu inflasi.
"Umumnya inflasi daerah tidak berkaitan langsung dengan kegiatan produksi. Umumnya produksi kita cukup, baik melalui produksi dalam negeri maupun impor, namun terkadang gangguan lebih ke teknis," kata Hatta di Kantor Pusat BI, Senin (21/4/2014).
Gangguan teknis tersebut, jelas Hatta, maksudnya adalah gangguan distribusi, misalnya akibat transportasi. Inilah yang menyebabkan lambatnya pasokan barang tiba di daerah tujuan, sehingga inflasi tak dapat terhindar. Bila persoalan ini dibiarkan, maka akan mengakibatkan persoalan harga.
Pada kesempatan yang sama, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo mengungkapkan di tengah capaian positif inflasi Indonesia, masih terdapat beberapa hal yang masih harus diperhatikan, salah satunya adalah inflasi akibat harga pangan.
"Khususnya kelompok volatile food. Kendati sudah lebih baik, tapi masih tergolong tinggi. Yang masih tinggi itu di kawasan timur Indonesia, seperti di Kalimantan, Bali, dan Nusa Tenggara," ujar Agus.
Inflasi akibat harga pangan di daerah-daerah tersebut, dinilai Agus masih tinggi, hingga mencapai kisaran 9 persen secara year on year. Selain itu, beberapa komponen pangan seperti beras, kedelai, dan beberapa jenis bumbu pun masih rentan terhadap gejolak. (Sakina Rakhma Diah Setiawan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News