kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

FTA ASEAN-China bakal Menjepit UKM


Jumat, 19 Maret 2010 / 10:39 WIB
FTA ASEAN-China bakal Menjepit UKM


Sumber: KONTAN | Editor: Tri Adi

JAKARTA. Kesepakatan perdagangan bebas (FTA) ASEAN-China bakal menjepit pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) kita. Pasalnya, daya saing pengusaha kecil menengah Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan China.

Deputi Bidang Pengkajian Sumber Daya UKM dan Koperasi Kementerian Negara Koperasi dan UKM I Wayan Dipta mengungkapkan, pihaknya sudah melakukan penelitian terhadap daya saing UKM lokal menghadapi pelaksanaan FTA ASEAN-China. Hasilnya, hanya 15% produk UKM yang memiliki daya saing tinggi menghadapi produk sesama negara ASEAN. "Sisanya 85% lainnya masuk kategori lemah," ungkap Wayan, kemarin (18/3).

Nah, menghadapi produk China, hanya 7% yang memiliki daya saing tinggi. "Sementara 93% produk UKM lainnya, memiliki daya saing rendah," kata Wayan. Untuk kasus China, dia mencatat, biaya produksi per unit produk UKM Negeri Tembok Raksasa ternyata jauh lebih rendah ketimbang Indonesia.

Mayoritas UKM lokal, menurut Wayan, ternyata merasakan hambatan informasi dan akses dalam menembus pasar ekspor. Karena itu, pengetahuan soal kualitas produk yang sesuai dengan pasar ekspor juga rendah. Makanya, pengusaha UKM meminta pemerintah memfasilitasi usahanya dengan importir di negara lain. Untuk itu, "Kementerian akan bekerjasama dengan Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN)," kata Wayan.

Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Firmanzah mengatakan, sebagian besar pelaku UKM dalam negeri masih merasa pemerintah tidak membantu dalam upaya promosi ekspor. Padahal, dari penelitian FE UI terungkap, mayoritas pelaku UKM sudah melirik ekspor sebagai pasar utama. Ekspor dipilih karena pendapatannya berbentuk dolar. "Ini juga upaya untuk mengatasi kondisi jenuhnya pasar dalam negeri," ujar Firmanzah. Masalahnya, Firmanzah menambahkan, UKM masih perlu mendapat banyak pembinaan mengingat 75% produk ekspor dilakukan dengan transaksi jual putus. "Sehingga tidak ada kontinuitas ekspor," kata dia.

Ida Ria, anggota Komisi VI DPR, menyatakan, pemerintah harus membantu pemasaran produk UKM yang memiliki keunggulan komparatif seperti produk batik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×