kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.679.000   7.000   0,42%
  • USD/IDR 16.490   100,00   0,60%
  • IDX 6.520   249,06   3,97%
  • KOMPAS100 949   42,15   4,65%
  • LQ45 738   34,14   4,85%
  • ISSI 202   5,55   2,82%
  • IDX30 382   17,70   4,85%
  • IDXHIDIV20 462   16,68   3,75%
  • IDX80 107   4,47   4,34%
  • IDXV30 110   2,54   2,36%
  • IDXQ30 125   5,23   4,36%

Fokus ke rupiah dan pemulihan ekonomi, Bank Permata ramal BI tahan suku bunga acuan


Senin, 24 Mei 2021 / 19:26 WIB
Fokus ke rupiah dan pemulihan ekonomi, Bank Permata ramal BI tahan suku bunga acuan
ILUSTRASI. BI diprediksi kembali tahan suku bunga acuan


Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Permata memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuan atawa BI 7 Day Reserve Repo Rate (BI7-DRRR) di level 3,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Mei 2021. 

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, hal ini sejalan dengan pertimbangan bank sentral dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Apalagi di tengah meningkatnya risiko di pasar keuangan global dalam jangka pendek-menengah, pelonggaran kebijakan moneter tetap diperlukan. 

“Seperti potensi tapering off, program pembelian obligasi AS oleh Federal Reserve, jika sesuai notulensi April 2021 lalu. Walau The Fed mengkonfirmasi akan tetap mempertahankan suku bunga acuan di level mendekati 0% saat ini,” kata dia kepada Kontan.co.id, Senin (23/5). 

Sementara itu, dari dalam negeri ada risiko dari potensi peningkatan inflasi. Ini terjadi karena pemerintah ingin menyesuaikan tarif listrik pada kuartal III-2021. Namun, Josua melihat bahwa ekspektasi inflasi akan tetap seusai dengan target inflasi BI. 

Baca Juga: Ekonom proyeksi Bank Indonesia (BI) kembali tahan suku bunga acuan di level 3,5%

Dari kondisi eksternal, BI mencatat neraca transaksi berjalan kembali defisit sebesar US$ 997 juta atau setara 0,4% PDB. Meningkatnya defisit ini mengindikasikan bahwa ada potensi peningkatan permintaan valuta asing untuk pembiayaan impor. 

Nah, untuk mendukung upaya pemulihan ekonomi Indonesia, BI diperkirakan masih akan mengandalkan kebijakan quantitative easing (QE) untuk menjaga ketersediaan likuiditas kepada perbankan. 

“Hal ini agar perbankan lebih agresif dalam menyalurkan kreditnya, merespon pemulihan ekonomi baik investasi dan konsumsi masyarakat,” pungkas Josua.

Selanjutnya: Rencana penyesuaian PPh bagi kelompok super kaya mendapat sorotan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×