kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Fokus ke rupiah dan pemulihan ekonomi, Bank Permata ramal BI tahan suku bunga acuan


Senin, 24 Mei 2021 / 19:26 WIB
Fokus ke rupiah dan pemulihan ekonomi, Bank Permata ramal BI tahan suku bunga acuan
ILUSTRASI. BI diprediksi kembali tahan suku bunga acuan


Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Permata memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuan atawa BI 7 Day Reserve Repo Rate (BI7-DRRR) di level 3,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Mei 2021. 

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, hal ini sejalan dengan pertimbangan bank sentral dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Apalagi di tengah meningkatnya risiko di pasar keuangan global dalam jangka pendek-menengah, pelonggaran kebijakan moneter tetap diperlukan. 

“Seperti potensi tapering off, program pembelian obligasi AS oleh Federal Reserve, jika sesuai notulensi April 2021 lalu. Walau The Fed mengkonfirmasi akan tetap mempertahankan suku bunga acuan di level mendekati 0% saat ini,” kata dia kepada Kontan.co.id, Senin (23/5). 

Sementara itu, dari dalam negeri ada risiko dari potensi peningkatan inflasi. Ini terjadi karena pemerintah ingin menyesuaikan tarif listrik pada kuartal III-2021. Namun, Josua melihat bahwa ekspektasi inflasi akan tetap seusai dengan target inflasi BI. 

Baca Juga: Ekonom proyeksi Bank Indonesia (BI) kembali tahan suku bunga acuan di level 3,5%

Dari kondisi eksternal, BI mencatat neraca transaksi berjalan kembali defisit sebesar US$ 997 juta atau setara 0,4% PDB. Meningkatnya defisit ini mengindikasikan bahwa ada potensi peningkatan permintaan valuta asing untuk pembiayaan impor. 

Nah, untuk mendukung upaya pemulihan ekonomi Indonesia, BI diperkirakan masih akan mengandalkan kebijakan quantitative easing (QE) untuk menjaga ketersediaan likuiditas kepada perbankan. 

“Hal ini agar perbankan lebih agresif dalam menyalurkan kreditnya, merespon pemulihan ekonomi baik investasi dan konsumsi masyarakat,” pungkas Josua.

Selanjutnya: Rencana penyesuaian PPh bagi kelompok super kaya mendapat sorotan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×