Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Forum Koordinasi Stabilitas Sistem keuangan (FKSSK) menilai kondisi perekonomian Indonesia saat ini masih stabil. FKSSK yang beranggotakan Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) telah melakukan pertemuan. Pertemuan rutin tersebut kembali dilakukan pada hari ini, Jumat (18/10).
Meski saat ini relatif lebih stabil, FKSSK memandang Indonesia harus tetap waspada. "Dalam pertemuan kali ini kita bahas mengenai kesiapan kita, mengantisipasi gejolak ekonomi lanjutan," ujar Gubernur BI Agus Martowardojo.
Menurut Agus meskipun saat ini kondisi ekonomi Indonesia relatif lebih stabil pihaknya tetap akan mewaspadai segala kemungkinan yang terjadi. FKSSK juga memandang kondisi perekonomian global sudah mulai berubah. Bila sebelumnya pertumbuhan ekonomi negara emerging market dalam kondisi trend yang meningkat, sekarang sebaliknya.
Agus melihat, negara-negara maju seperti Amerika Serikat, dan negara-negara Uni Eropa yang beberapa tahun terakhir berada dalam kondisi tidak stabil, kini sudah menunjukan penguatan. Pergeseran landscape ekonomi global ini bisa saja memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Oleh karenanya, Indonesia harus segera mempersiapkan diri menghadapi perubahan ini.
Salah satu persiapan yang dilakukan BI adalah dengan menambah jumlah dana cadangan apabila terjadi krisis. Saat ini BI sudah memiliki tiga kesepakatan dengan bank Sentral dari tiga negara, yaitu China, Jepang dan Korea Selatan, ditambah satu kesepakatan lagi dengan 10 negara ASEAN dalam bentuk Billateral Swap Arrangement (BAS).
Menteri Keuangan Chatib Basri menambahkan, pihaknya sedang mempersiapkan berbagai langkah penguatan ekonomi dalam negeri. Terutama dengan memperbaiki kondisi neraca transaksi berjalan atau current account deficits. Selain itu, secara berkala pemerintah juga melaksanakan simulasi, untuk menguji seberapa siap crisis manajement protocol yang dimiliki mampu menahan perubahan global.
Sementara itu, bila kondisi memburuk, sektor pasar keuangan dan pasar modal memang menjadi hal yang rentan terganggu. Untuk itu, Komisioner OJK Muliaman Hadad menilai pihaknya tetap fokus pada tujuan otoritasnya dalam mengembangkan pasar modal yang lebih kuat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News