Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Pengamat ekonomi Faisal Basri memiliki penilaian yang berbeda terkait mafia di sektor migas dan mafia di sektor tambang. Bahkan, dia menyebut para mafia tambang memanfaatkan Badan Usaha Miliki Daerah (BUMD) sebagai ujung tombak bisnisnya.
"BUMD ini ujung tombak pemburu tante atau yang aneh-aneh lah," ujar Faisal dalam acara Kompasiana Seminar Nasional tentang Kondisi Terkini, Harapan dan Tantangan di Masa Depan Industri Pertambangan Bauksit dan Smelter Alumina Indonesia di Jakarta, Senin (25/5).
Dia menuturkan, dimanfaatkannya BUMD jadi ujung tombak mafia tambang bisa terlihat dari berbagai acara yang diadakan oleh BUMD. Biasanya kata dia, orang-orang yang hadir dalam acara itu lebih banyak orang-orang asing misalnya dari Korea.
"Kalau mafia tambang bentuknya agak lain dibanding mafia migas. Kalau tambang lihat misalnya BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) uniknya itu waktu ada acara-acara BUMD yang dateng itu bukan orang yang bisa bahasa Indonesia atau jawa, tapi bahasanya Korea," kata dia.
Kondisi itu, kata Faisal sangat berbeda dengan mafia di sektor minyak dan gas (migas). Berdasarkan pengalamannya, mafia migas tak mudah kelihatan siapa yang bermain, semuanya ada di ruang yang abu-abu. Sebenarnya kata dia, mafia di sektor tambang tak hanya BUMD. Namun, politisi daerah sampai lembaga survei dalam pilkada pun bisa disusupi mafia tambang. (Yoga Sukmana)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News