Sumber: Kompas.com | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Indonesia terus mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Nepal karena kerusuhan yang belum mereda hingga saat ini.
Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (PWNI) Kementerian Luar Negeri RI Judha Nugraha mengatakan, hingga Sabtu (13/9/2025), WNI yang berhasil dipulangkan sebanyak 57 orang.
"Pada 1 September ada 18 orang, 12 September ada 22 orang, dan hari ini jam 13.00 waktu Kathmandu, malam akan ada 17 WNI pulang, sehingga total ada 57 WNI yang dapat kita pulangkan per tanggal 13 hari ini," kata Judha, saat ditemui di Lanud Halim Perdanakusuma, Sabtu (13/9/2025).
Baca Juga: Rencanakan Pemilu Maret 2026, Nepal Tunjuk Sushila Karki jadi PM Sementara
Judha mengatakan, jumlah WNI yang terdaftar berada di Nepal yakni 134 orang. Mereka terbagi menjadi dua kelompok, 56 orang adalah pemukim di Nepal, sedangkan kelompok kedua yakni 78 orang adalah WNI dengan kunjungan singkat untuk wisatawan maupun urusan bisnis lainnya.
Setelah mengevakuasi 57 orang, evakuasi lanjutan akan dilakukan pada 14 September 2025 untuk 17 orang. Kemudian, pada tanggal 15 September terdapat 2 WNI, dan pada tanggal 18 September ada 2 WNI.
"Jadi, total Insya Allah pada 18 September seluruh WNI yang melakukan kunjungan singkat dapat kembali pulang ke Indonesia," tutur dia.
Sedangkan sisanya, 56 WNI yang bermukim memilih tetap bertahan karena telah memiliki keluarga di Nepal. Judha juga menceritakan ketegangan yang terjadi ketika sejumlah WNI yang menginap di Hotel Hilton, Nepal, dikepung massa demonstrasi.
"Tapi pada saat itu kita bisa segera evakuasi ke hotel yang lain. Jadi dapat kami sampaikan tidak ada warga negara Indonesia yang menjadi korban dari kerusuhan ini," ujar dia.
Baca Juga: Protes Gen Z Nepal Sasar Elit Politik hingga Hotel Mewah
Sebagai informasi, Nepal tengah diguncang krisis politik serius setelah demonstrasi besar-besaran yang dipimpin generasi muda sejak Senin (8/9/2025) berujung pada kekerasan, korban jiwa, dan pengunduran diri Perdana Menteri KP Sharma Oli.
Gelombang protes yang awalnya dipicu oleh larangan penggunaan media sosial berkembang menjadi gerakan anti-korupsi terbesar sejak Nepal menjadi republik demokratis pada 2008. Sedikitnya 30 orang dilaporkan tewas dan hampir 200 lainnya luka-luka akibat bentrokan antara polisi dan demonstran. Massa yang menamai diri mereka sebagai generasi Z (Gen Z) bahkan membakar gedung parlemen, kantor partai politik, hingga rumah para pejabat.
Selanjutnya: Real Sociedad vs Real Madrid: Prediksi, Jadwal, dan Link Live Streaming
Menarik Dibaca: BRI Bagikan Tips Cerdas Kelola Keuangan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News