kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.774.000   15.000   0,85%
  • USD/IDR 16.480   50,00   0,30%
  • IDX 6.382   70,01   1,11%
  • KOMPAS100 908   4,50   0,50%
  • LQ45 710   -1,47   -0,21%
  • ISSI 202   4,27   2,16%
  • IDX30 370   -2,47   -0,66%
  • IDXHIDIV20 446   -1,77   -0,40%
  • IDX80 103   -0,09   -0,09%
  • IDXV30 108   0,29   0,27%
  • IDXQ30 121   -0,66   -0,54%

Ekspansi Likuiditas BI Dinilai Berisiko Tekan Rupiah dan Picu Efek Crowding Out


Kamis, 20 Maret 2025 / 06:46 WIB
Ekspansi Likuiditas BI Dinilai Berisiko Tekan Rupiah dan Picu Efek Crowding Out
ILUSTRASI. Logo Bank Indonesia (BI) di gedung kantor pusat BI Thamrin, Jakarta, Jumat (24/5/2024). KONTAN/Cheppy A. Muchlis/24/05/2024


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Langkah  Bank Indonesia (BI) yang berencana melakukan ekspansi likuiditas domestik pada tahun ini, melalui pembelian Surat Berharga Negara (SBN), dinilai bisa memperbesar tekanan pelemahan nilai tukar rupiah dan menimbulkan efek crowding out.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, memang langkah ekspansi likuiditas ini dimaksudkan untuk menjaga likuiditas di pasar, sekaligus mendukung perekonomian nasional di tengah gejolak pasar.

Baca Juga: BI Sudah Borong SBN Rp 70,74 Triliun, untuk Stabilkan Rupiah

Akan tetapi, bila melihat kondisi pasar yang volatile alias tidak stabil seperti yang terjadi saat ini, langkah ekspansi likuiditas justru bisa mengandung risiko.

“Karena dapat meningkatkan ekspektasi inflasi atau memperbesar tekanan pelemahan pada rupiah apabila pelaku pasar khawatir terhadap potensi meningkatnya suplai uang,” tutur Josua kepada Kontan, Rabu (20/3).

Padahal saat ini BI tengah berupaya menjaga agar rupiah tetap stabil, di tengah pelemahan rupiah yang sudah menginjak Rp 16.428 per dollar AS, pada penutupan perdagangan Rabu (19/3).

Untuk diketahui, hingga 18 Maret 2025, BI telah membeli SBN sebesar Rp 70,74 triliun. Ini terdiri dari, melalui pasar sekunder sebesar Rp 47,31 triliun dan pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN) termasuk syariah, sebesar Rp23,43 triliun.

Selain itu, Josua juga menilai, langkah BI mengoptimalkan instrumen Surat Berharga Rupiah Bank Indonesia (SRBI) bertujuan menarik aliran dana asing guna memperkuat stabilitas rupiah, namun bersamaan dengan pembelian SBN dinilai bisa menimbulkan efek crowding out.

Memang, kepemilikan asing pada SRBI telah meningkat menjadi Rp232,4 triliun atau sekitar 26,1% dari total instrumen tersebut.

“Efek crowding out bisa terjadi di mana SRBI dan SBN bisa bersaing untuk menarik minat investor domestik maupun asing,” jelasnya.

Baca Juga: Gubernur BI: Imbal Hasil SBN dan SRBI Masih Menarik bagi Investor Asing

Akibatnya, jika persepsi risiko terus meningkat, Josua khawatir dapat menekan permintaan terhadap SBN, berpotensi menyebabkan kenaikan yield alias imbal hasil obligasi pemerintah di masa depan dan membatasi ruang fiskal pemerintah.

Oleh sebab itu, Ia berharap ke depannya penting bagi BI untuk secara hati-hati menyeimbangkan langkah-langkah kebijakan ini, guna memastikan stabilitas nilai tukar rupiah, menjaga kepercayaan pasar, serta mencegah dampak negatif dari intervensi likuiditas yang berlebihan terhadap perekonomian domestik.

Selanjutnya: Cara & Syarat Membuat e-KTP Untuk yang Ulang Tahun Ke-17 Hari Ini, Kamis 20/3/2025

Menarik Dibaca: 25 Kata-Kata Penuh Makna Untuk Kartu Ucapan Hampers Lebaran Anda

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×