kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Ekonomi stabil, BI beri sinyal turunkan suku bunga acuan


Kamis, 28 Februari 2019 / 18:36 WIB
Ekonomi stabil, BI beri sinyal turunkan suku bunga acuan


Reporter: Grace Olivia | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mulai menunjukkan arah pembalikan kebijakan suku bunga acuan. Jika kondisi makroekonomi dan pasar keuangan stabil, bank sentral kemungkinan besar akan menurunkan suku bunga. Gubernur BI, Perry Warjiyo tak menampik, posisi suku bunga acuan di level 6% saat ini telah mendekati puncaknya.

"Memang kami melihat suku bunga BI sekarang sudah mencapai hampir puncaknya. Sebelumnya, suku bunga memang harus kami arahkan untuk stabilitas," ujar Perry dalam diskusi Outlook Ekonomi 2019, Kamis (28/2).

Sepanjang tahun lalu, BI telah mengerek suku bunga sebesar 175 basis poin (bps) ke level 6%. Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI terkahir di pertengahan Februari, bank sentral memutuskan untuk tetap menahan suku bunga acuan pada level yang sama.

Perry menjelaskan, tahun lalu BI meminta Kementerian Keuangan menggenjot surat utang berdenominasi valas untuk mendatangkan arus modal asing berjangka panjang. Langkah ini untuk mendukung upaya BI memperkuat kurs rupiah sekaligus menjaga stabilitas ekonomi.

Namun, tahun ini BI justru mendukung Kemkeu menerbitkan surat utang untuk ritel yang berjangka pendek untuk pembiayaan anggaran. Pasalnya, BI menyadari kondisi suku bunga yang tinggi saat ini berpotensi menambah beban fiskal jika surat utang bertenor panjang terus diterbitkan.

Di sisi lain, BI juga menyadari masifnya penerbitan surat utang ritel pemerintah berpotensi menyerap likuiditas di pasar. "Karena memang ada perpindahan dana pihak ketiga (DPK) ke Ibu Srimul (pemerintah). Maka dari itu, kami kucurkan (likuiditas) lewat operasi moneter," ujar Perry.

Langkah BI mengendurkan likuiditas dalam rangka mendukung pembiayaan fiskal yang kini bergeser ke instrumen ritel berjangka pendek. Desember lalu, Perry menyebut, BI kucurkan sekitar Rp 120 triliun, sedangkan Januari lalu sebesar Rp 75 triliun untuk menambah likuiditas di pasar.

Perry menyebut, era suku bunga tinggi masih akan terjadi, namun hanya dalam jangka pendek. "Ke depan, arah suku bunga akan lebih turun kalau memang stabilitas bisa kita jaga. Kontinuitas koordinasi, kebijakan baik secara nasional maupun kebijakan antar lembaga akan terus kami lakukan," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×