kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonomi lesu, utang korporasi turun


Rabu, 22 Oktober 2014 / 18:24 WIB
Ekonomi lesu, utang korporasi turun
ILUSTRASI. Sayur bayam dapat beracun jika dimasak terus menerus hingga menghitam. Berikut tips hindari sayur bayam menghitam


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Indonesia dihadapkan dengan pertumbuhan ekonomi yang lesu pada tahun ini. Tidak heran apabila utang yang dicetak korporasi pun berimbas turun.

Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri (ULN) sektor swasta alias korporasi pada bulan Agustus sebesar US$ 156,16 miliar, turun 0,45% dibanding bulan sebelumnya yang sebesar US$ 156,87 miliar.

Dengan begitu maka total utang luar negeri secara keseluruhan pada bulan Agustus turun 0,22% menjadi US$ 290,37 miliar dari sebelumnya US$ 291,02 miliar.

Menilik lebih dalam utang menurut sektor ekonomi, hampir semua sektor mengalami penurunan utang. Ada empat sektor yang mengalami penurunan yaitu sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan dan listrik, gas dan air bersih.

Pertumbuhan ULN keempat sektor tersebut pada bulan Agustus bila dibanding periode yang sama tahun lalu masing-masing adalah sebesar 27,2%, 12,8%, 0,1%, dan 3,9%. Pertumbuhan ini lebih rendah dibanding pertumbuhan pada bulan Juli 2014 (year on year) yang masing-masing tumbuh sebesar 28,5%, 14,2 %, 2,7%, dan 4,5%.

Sebut saja sektor pertambangan dan penggalian. Sektor ini adalah sektor yang mengalami penurunan utang yang paling dalam yaitu mencapai 4,55 %. Sebelumnya pada bulan Juli utang luar negeri sektor ini sebesar US$ 27,08 miliar, kemudian pada bulan Agustus menjadi US$ 25,84 miliar.

Bila dibanding Agustus tahun lalu, posisi utang pada Agustus tahun ini juga lebih rendah. Agustus 2013 utang sektor pertambangan dan penggalian sebesar US$ 25,89 miliar.

Untuk sektor-sektor lain yang mengalami kenaikan, kalaupun dilihat kenaikannya sangat tipis. Misalnya sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan. Sektor ini pada bulan Agustus naik tipis 0,78% menjadi US$ 9,29 miliar bila dibanding bulan sebelumnya.

Sektor pengangkutan dan komunikasi juga hanya naik 0,17% menjadi US$ 12,25 miliar. Bila ditarik ke pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi triwulan III memang diproyeksi tidak akan jauh berbeda dengan triwulan II yang sebesar 5,12%.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih berpendapat ada beberapa penyebab utang korporasi mengalami penurunan. Pertama, karena pertumbuhan ekonomi yang melambat. Dirinya sendiri perkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan III hanya sebesar 5%-5,05%.

Kedua, karena periode permintaan yang tinggi untuk produksi sudah lewat. Ketiga, karena pelemahan rupiah.

Ambil contoh manufaktur. Menurut Lana, sektor manufaktur sudah melewati periode permintaan tinggi akibat Lebaran. "Manufaktur kurangi pinjaman karena produksi turun setelah Lebaran," ujar Lana, Rabu (22/10).

Perlambatan ekonomi pun menjadi penyebab utang sektor ini melandai. Selain itu, juga faktor rupiah yang terus mengalami pelemahan menyebabkan korporasi mengurangi pinjaman luar negeri.

Ke depannya, Lana menjelaskan, dengan perlambatan ekonomi dan pelemahan rupiah ada potensi utang korporasi turun. Namun penurunannya tidak akan besar.
Pasalnya, korporasi membutuhkan utang untuk membayar utangnya yang lain.  "Ini yang perlu dikhawatirkan," tandasnya.

Karena itu penting dilakukannya hedging atawa lindung nilai untuk meminimalisir risiko perubahan kurs. Adapun BI sendiri direncanakan akan menerbitkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) tentang manajemen risiko ULN korporasi pada awal November mendatang.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan akan mengatur tiga poin utama. Pertama, pengaturan rasio tertentu aset dalam bentuk valuta asing (valas) dibanding liabilitas alias utang dalam bentuk valas.

Kedua, rasio tertentu yang harus korporasi lakukan dalam hedging atawa lindung nilai. Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan aset valas harus dikurangi dengan utang dalam valas. Nah, sisanya itu perlu dilakukan hedging dan akan ada rasio tertentu dalam berhedging yang harus dilakukan korporasi.

Ketiga, kemampuan menyediakan valas dalam jumlah tertentu. Penyediaan ini harus dilakukan berapa bulan sebelum kewajiban utang jatuh tempo. "Ini langkah-langkah kita untuk memperkuat manajemen risiko," pungkas Perry beberapa waktu lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×