kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.959.000   13.000   0,67%
  • USD/IDR 16.389   -29,00   -0,18%
  • IDX 7.537   71,97   0,96%
  • KOMPAS100 1.064   14,76   1,41%
  • LQ45 799   11,65   1,48%
  • ISSI 255   1,27   0,50%
  • IDX30 417   4,85   1,18%
  • IDXHIDIV20 475   4,36   0,93%
  • IDX80 120   1,68   1,42%
  • IDXV30 124   1,21   0,99%
  • IDXQ30 133   1,67   1,27%

Ekonomi Lesu, Masyarakat Pilih Hidup Hemat dan Mengerem Belanja


Jumat, 13 Juni 2025 / 05:15 WIB
Ekonomi Lesu, Masyarakat Pilih Hidup Hemat dan Mengerem Belanja
ILUSTRASI. Survei konsumen Bank Indonesia (BI) mencatat, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) turun lagi pada bulan Mei 2025


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Tanda-tanda ekonomi sedang lesu makin kentara. Masyarakat kini cenderung menahan konsumsi dan memilih hidup hemat.

Survei konsumen Bank Indonesia (BI) terbaru mencatat, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) turun lagi pada bulan Mei 2025

Tercatat Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Mei 2025 sebesar 117,5 atau lebih rendah dari IKK pada bulan sebelumnya yang sebesar 121,7. 

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, penurunan IKK disebabkan ketidakstabilan ekonomi, baik secara global maupun domestik. Serta belum pulihnya daya beli masyarakat. 

Ia menyoroti anjloknya indeks durable goods yang merupakan indikator utama daya beli, yang tercermin dari lesunya konsumsi masyarakat pada berbagai momentum penting. Tercatat indeks ini turun menjadi 104,1 atau lebih rendah dibandingkan bulan April sebelumnya sebesar 110,2.

“Pelemahan daya beli terlihat jelas dari pertumbuhan konsumsi saat Lebaran, lesunya penjualan ritel, minimnya aktivitas belanja kurban saat Idul Adha, hingga penurunan kinerja penjualan otomotif,” kata David kepada Kontan, Rabu (12/6).

Baca Juga: Indeks Keyakinan Konsumen Kembali Melorot pada Mei 2025, Optimisme Masyarakat Menurun

David menjelaskan, penurunan pendapatan tidak hanya dirasakan kelompok ekonomi bawah, namun juga menekan seluruh lapisan pendapatan. Sulitnya memperoleh pekerjaan memperburuk situasi, karena sebagian besar pendapatan digunakan untuk membayar pinjaman, sementara konsumsi terpaksa dikurangi.

Di sisi lain, masyarakat kini dinilai cenderung memperbesar alokasi dana untuk tabungan, sebagai respons atas kondisi ekonomi yang dinilai makin memburuk. 

“Ini menandakan kehati-hatian yang tinggi dari konsumen. Bukan hanya karena pendapatan yang terbatas, tapi juga karena mereka bersiap menghadapi risiko ekonomi yang tidak pasti,” imbuhnya.

David mengingatkan perlunya intervensi kebijakan yang lebih berdampak dari pemerintah. Ia menilai langkah pemerintah merilis paket insentif senilai Rp 24,4 triliun di antaranya subsidi upah tapi berdampak positif, walau masih terbatas pada perbaikan konsumsi masyarakat, mengingat kelas menengah belum sepenuhnya tersentuh kebijakan tersebut.

"Kebijakan perlu untuk menyasar juga kelas menengah dimana kelas tersebut merupakan pendorong utama konsumsi masyarakat," imbuh David.

Baca Juga: Survei BI: Ekspektasi Konsumen Terhadap Ekonomi Enam Bulan ke Depan Turun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×