Sumber: Wall Street Journal | Editor: Asnil Amri
MANILA. Perekonomian Filipina pada kuartal II mencatatkan penguatan akibat membaiknya sejumlah fundamental ekonomi, di tengah kekacauan yang menimpa pasar negara berkembang di Asia.
Produk domestik bruto Filipina tumbuh sebesar 7,5% on-year, pada kuartal kedua. PDB per tahun mengalami ekspansi sebesar 5,7% pada kuartal sebelumnya. Filipina juga melaporkan, kenaikan produk domestik bruto sebesar 7,5% dari tahun sebelumnya.
Data tersebut menjadi alasan kenapa tak terjadi kejatuhan aset di Filipina seperti yang terjadi di pasar negara berkembang Asia lainnya, menyusul adanya aksi sell-off oleh investor asing beberapa waktu belakangan.
Filipina dipandang berhasil mengelola perekonomian secara lebih konservatif, selama periode easy money global yang disulut resesi dunia pada 2008.
Negara-negara seperti Indonesia, Thailand, dan Malaysia, yang memanfaatkan kemudahan kredit untuk membiayai investasi dan konsumsi, kini mengalami pelebaran defisit transaksi berjalan.
Ekspor komoditas ke beberapa negara, terutama ke China merosot, sementara pertumbuhan utang tetap tinggi.
Defisit membuat negara-negara itu harus bergantung kepada arus masuk uang panas (hot-money), yakni aliran dana asing yang masuk bukan untuk investasi jangka panjang. Namun, karena naiknya suku bunga AS, arus modal asing kian sulit masuk.
Filipina, sebaliknya, terlihat lebih mapan. Tidak seperti Indonesia dan Malaysia, negara itu tidak terlalu bersandar pada ekspor ke China, demikian laporan Credit Suisse.
Filipina pun tidak jor-joran memanfaatkan utang luar negeri jangka pendek layaknya negara lain. Hasilnya, Filipina membukukan surplus transaksi berjalan serta ruang untuk melanjutkan kebijakan moneter yang longgar, saat negara lain di kawasan harus menaikkan suku bunga untuk menarik modal meskipun mengalami pelemahan ekonomi.
Tidak seperti sejumlah negara tetangganya, Filipina terus memimpin pertumbuhan pada kuartal kedua, serta mampu mengimbangi lemahnya ekspor. Kuatnya belanja infrastruktur pemerintah ikut menopang angka pertumbuhan.
Pada kuartal pertama, PDB tumbuh 7,6%, yang berada di atas target ekspansi 2013 sebesar 6%-7%. Hasilnya, aset Filipina berkinerja lebih baik dari negara lain. Mata uang peso memang mengalami depresiasi, tapi tidak sebesar rupiah, mata uang India rupee atau ringgit Malaysia.
Imbal hasil obligasi 10 tahun pemerintah turun, sementara negara lain harus membayar lebih guna menarik dana. “Itu menguatkan tingkat perekonomian Filipina yang berada pada trajectory pertumbuhan lebih tinggi,” ujar Sekretaris Perencana Ekonomi, Arsenio Balisacan setelah data kuartal kedua dirilis.
Ekonomi Filipina telah tumbuh di atas 7% sejak kuartal ketiga tahun lalu, jauh melampaui pertumbuhan tahunan sebesar 4,5% dalam dekade terakhir. Sementara itu, ekonomi China tumbuh 7,5% pada kuartal kedua; Indonesia 5,8%, Malaysia 4,3%, dan Thailand 2,8%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News