kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.430.000   -10.000   -0,69%
  • USD/IDR 15.243   97,00   0,63%
  • IDX 7.905   76,26   0,97%
  • KOMPAS100 1.208   12,11   1,01%
  • LQ45 980   9,43   0,97%
  • ISSI 230   1,69   0,74%
  • IDX30 500   4,71   0,95%
  • IDXHIDIV20 602   4,65   0,78%
  • IDX80 137   1,32   0,97%
  • IDXV30 141   0,53   0,38%
  • IDXQ30 167   1,08   0,65%

Ekonomi AS Terancam Resesi, Begini Dampaknya Terhadap Pembiayaan Utang Indonesia


Selasa, 06 Agustus 2024 / 14:26 WIB
Ekonomi AS Terancam Resesi, Begini Dampaknya Terhadap Pembiayaan Utang Indonesia
ILUSTRASI. Petugas menghitung mata uang asing dolar Amerika Serikat (US$) di konter jasa penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (20/6/2024). Dalam setahun terakhir rupiah telah turun 9,33% terhadap USD, ketidakstabilan ekonomi global, kebijakan moneter Amerika Serikat yang ketat, dan ketidakpastian politik domestik menjadi faktor yang menyebabkan rupiah melemah terhadap US$. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/23/06/2024


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mulai mengantisipasi dampak peluang resesi Amerika Serikat (AS) yang turut mempengaruhi perekonomian Indonesia.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Nathan Kacaribu mengatakan bahwa kondisi ekonomi AS dan kemungkinan penurunan suku bunga The Fed yang lebih agresif akan menguntungkan pasar surat utang pemerintah.

Pasalnya, surat berharga negara (SBN) akan dinilai oleh investor memiliki daya tarik.

Apalagi tingkat bunga surat berharga AS tenor 10 tahun sudah lebih dulu turun ke level 3,7%. Bahkan penurunnya dinilai sudah cukup tajam dalam beberapa hari terakhir. Febrio menyebut, penurunan bunga surat utang AS juga turut mengerek penurunan bunga SBN tenor 10 tahun ke level 6,77%.

Baca Juga: Gubernur Bank Indonesia Bantah SRBI Jadi Pesaing SBN

"Artinya kita akan melihat dinamika global tersebut kalau memang turun karena memang harus mereka adjust, justru dampaknya positif bagi kita. Itu yang harus kota kawal," ujar Febrio kepada awak media di Jakarta, Selasa (6/8).

Oleh karena itu, dinamika tersebut harus dikelola dengan baik untuk memastikan tidak memberikan dampak negatif bagi perekonomian Indonesia. "Ini kita gunakan supaya justru memperbaiki dan membuat peluang dari struktur pembiayaan kita,"  katanya.

Diberitakan sebelumnya, Kemenkeu mencatat, realisasi pembiayaan utang mengalami peningkatan hingga akhir Juni 2024 atau semester I-2024.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan, realisasi pembiayaan utang pemerintah mencapai Rp 214,7 triliun pada semester I-2024. Realisasi ini meningkat 28,9% dibandingkan realisasi semester I-2023 sebesar Rp 166,5 triliun.

Baca Juga: Utang Pemerintah Naik Lagi, Per Juni 2024 Tembus Rp 8.444,87 Triliun

Meski mengalami peningkatan, realisasi pembiayaan utang pemerintah masih jauh dari target yang ditetapkan, yakni baru mencapai 33,1% dari pagu anggaran yang ditetapkan sebesar Ro 648,1 triliun.

Secara rinci, penarikan utang pemerintah utamanya berasal dari surat berharga negara (SBN) neto yakni sebesar Rp 206,2 triliun atau 30,9% dari APBN. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan realisasi tahun lalu sebesar Rp 157,9 triliun. Hal ini dipengaruhi oleh struktur utang jatuh tempo.

"Jadi masih sesuai on track, meskipun secara nominal dalam hal ini lebih tinggi dari tahun lalu," ujar Sri Mulyani dalam Rapat Kerja Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Selasa (9/7).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×