kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Resesi Ekonomi Jepang Bisa Berdampak pada Kinerja Perdagangan dan Investasi Indonesia


Minggu, 18 Februari 2024 / 20:41 WIB
Resesi Ekonomi Jepang Bisa Berdampak pada Kinerja Perdagangan dan Investasi Indonesia
ILUSTRASI. Aktifitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Indonesia, Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (12/8/2022). Resesi Ekonomi Jepang Bisa Berdampak pada Kinerja Perdagangan dan Investasi Indonesia.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jepang resmi masuk ke jurang resesi, setelah pada kuartal IV-2023, perekonomian kembali mencatat pertumbuhan negatif. 

Produk domestik bruto (PDB) Negara Matahari Terbit turun 0,4% yoy pada kuartal IV-2023, setelah pada kuartal III-2023 turun 3,3% yoy. 

Resesi tersebut juga membuat Jepang tak lagi menjadi negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia. Posisinya tergeser dengan Jerman. 

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mewanti-wanti, resesi Jepang akan memberi dampak signifikan pada Indonesia. 

Baca Juga: Jepang dan Inggris Masuk Jurang Resesi, Gimana Nasib Pendanaan JETP ke Indonesia?

“Dampaknya akan dirasakan, dari sisi perdagangan dan juga dari sisi investasi,” terang Josua kepada Kontan.co.id, Minggu (18/2). 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Indonesia ke Jepang di sepanjang tahun 2023 tercatat sebesar US$ 18,88 miliar. Ini memegang porsi 7,63% terhadap total ekspor Indonesia di sepanjang tahun lalu. 

Produk utama ekspor ke Jepang antara lain batubara, bijih tembaga, produk peralatan dan mesin elektronik, serta nikel. 

Dengan melihat produk tersebut, sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan khususnya industri logam dasar dan mesin serta perlengkapan akan mendapat dampak signifikan penurunan pertumbuhan ekonomi Jepang,” kata Josua.

Baca Juga: Usai Pilpres, Cermati Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham Pilihan di Pekan RDG BI

Bila penurunan ekspor berlanjut, Josua tak menutup kemungkinan ada risiko penurunan surplus neraca perdagangan Indonesia. Bahkan, risiko defisit neraca perdagangan.  

Dari sisi investasi, data Kementerian Investasi menunjukkan Jepang menduduki peringkat empat, sebagai negara yang paling banyak menanamkan modal asing (PMA) di Indonesia. 

Dana investasi dari Jepang mencapai US$ 4,6 miliar di sepanjang tahun lalu, dan bahkan naik 30% yoy. 

Adanya resesi kemudian menimbulkan risiko perlambatan, atau bahkan penurunan investasi dari Jepang ke Indonesia. Tentu, akan memengaruhi perkembangan sektor terkait, terutama industri manufaktur. 

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Malaysia Melambat Pada 2023

Dengan demikian, Josua pun mengimbau pemerintah untuk tak bergantung dengan negara tradisional. Perlu pasar baru untuk produk ekspor Indonesia untuk membantu mengurangi dampaknya ke Indonesia. 

Selain itu, pembukaan pasar baru juga akan menjadi salah satu strategi diversifikasi pasar ekspor Indonesia ke depannya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×