Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia terus mengalami perbaikan pasca pandemi Covid-19. Pada 2022, ekonomi tumbuh solid 5,3% dan tahun ini diprediksi bisa tumbuh di atas 5%.
Akan tetapi, kondisi ekonomi yang membaik justru tidak selaras dengan omset yang didapat pengusaha. Pasalnya, omset pengusaha ternyata menurun.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengungkapkan, hal yang perlu dilihat oleh dunia usaha adalah Produk Domestik (PDB) nominal dan bukan PDB secara keseluruhan.
“Tapi perlu dicatat, kalau saya di perbankan maupun kalau ketemu dengan nasabah, saya selalu ditanya ini kenapa pertumbuhan ekonomi 5% tapi omset terus turun? Biasanya saya sampaikan yang perlu dilihat oleh pembisnis adalah PDB nominal,” tutur David, Kamis (23/11).
Baca Juga: Pemerintah Optimistis Pemilu Akan Tambah Pertumbuhan Ekonomi 0,25% pada 2024
Dia mencatat, PDB nominal justru mengalami penurunan sejak kuartal III 2023 yang tercatat sebesar 17%. Kemudian PDB nominal turun menjadi 13,5% pada kuartal 1 2023, kembali turun di kuartal II 2023 menjadi 6,7%, dan terus menurun menjadi 4,5% pada kuartal III 2023.
Menurutnya, setidaknya ada dua faktor yang mempengaruhi kondisi PDB nominal Indonesia. Pertama, harga komoditas global yang terus mengalami penurunan.
Kedua, produk China yang sudah masuk dan menguasai perdagangan di negara negara emerging market termasuk Indonesia, dan ikut mempengaruhi inflasi.
David menilai, serbuan produk tekstil, alas kaki, spare part asal China yang murah memang membuat harga-harga barang buatan lokal kalah saing dan akhirnya mengalami penurunan.
Baca Juga: Ekonomi Singapura Kuartal III-2023 Tumbuh Melampaui Proyeksi
Permasalahan ini juga kata dia, pada muaranya akan berpengaruh pada permintaan kredit.
“Ini turun pada kredit modal kerja dan juga kredit investasi. Jadi secara keseluruhan dana pihak ketiga cenderung menurun mengikuti penurunan PDB nasional,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News