CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Ekonom: Tingkat inflasi 2022 meningkat, daya beli makin kuat


Kamis, 23 September 2021 / 19:30 WIB
Ekonom: Tingkat inflasi 2022 meningkat, daya beli makin kuat
ILUSTRASI. Inflasi tahun 2022 diproyeksi capai 3,1%


Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Mandiri memperkirakan, inflasi pada tahun 2022 akan lebih tinggi dari tingkat inflasi di tahun ini.

Asal tahu saja, Bank Mandiri memperkirakan, tingkat inflasi pada tahun 2021 sebesar 2,28% secara tahunan (yoy). Sementara, tingkat inflasi di tahun depan diproyeksi bisa berada di level 3,1% yoy.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan, peningkatan tingkat inflasi pada tahun depan dengan optimisme sudah adanya peningkatan daya beli masyarakat.

“Sudah ada optimisme peningkatan daya beli yang makin besar di tahun depan. Seperti kami lihat, permintaan naik akibat pelonggaran PPKM secara gradual,” jelas Faisal kepada Kontan.co.id, Selasa (21/9).

Seiring dengan peningkatan daya beli tersebut, Faisal juga melihat kenaikan tingkat inflasi disebabkan oleh normalisasi harga karena penghapusan insentif pajak. Ini nantinya akan mempengaruhi inflasi administered prices.

Baca Juga: ADB perkirakan inflasi 2021 akan di bawah target BI, ini kata ekonom

“Ada kemungkinan insentif pajak sudah kembali normal sehingga harga-harga akan meningkat bila dibandingkan dengan tahun ini,” tambah dia.  

Dengan melihat situasi tersebut, Faisal pun mengimbau pemerintah untuk tetap menjaga pasokan. Jangan sampai, adanya peningkatan permintaan tak sebanding dengan tingkat pasokan, sehingga ini akan membuat inflasi melambung tinggi.

Selain itu, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) juga harus mengantisipasi adanya imported inflation, karena di tahun depan akan makin menghangat terkait isu tapering off dari Amerika Serikat (AS) yang nantinya bisa mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah.

Selanjutnya: Tapering bakal dimulai, The Fed berhenti beli US Treasury pada pertengahan 2022

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×