kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,64   6,79   0.75%
  • EMAS1.395.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.17%
  • RD.CAMPURAN 0.09%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.03%

Ekonom: Serapan Tenaga Kerja Belum Optimal di Tengah Melonjaknya Realisasi Investasi


Jumat, 21 Juli 2023 / 18:37 WIB
Ekonom: Serapan Tenaga Kerja Belum Optimal di Tengah Melonjaknya Realisasi Investasi
ILUSTRASI. Sejumlah buruh mengenakan masker saat pulang kerja di salah satu pabrik di kawasan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (29/4/2020). Tribun Jabar/Gani Kurniawan


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, realisasi investasi pada semester I-2023 sebesar Rp 678,7 triliun berhasil menyerap tenaga kerja 849.181 orang. 

Hanya saja, Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menyarankan pemerintah agar investasi yang masuk di Indonesia lebih mengarah ke sektor manufaktur.

Hal ini dikarenakan sektor manufaktur mampu menyerap tenaga kerja dengan jumlah yang lebih besar.

"Investasi perlu diarahkan ke sektor manufaktur. Itu yang paling besar penyerapan tenaga kerjanya," ujar Riefky kepada Kontan.co.id, Jumat (21/7).

Baca Juga: Bahlil Sebut Realisasi Investasi Rp 678 Triliun Berhasil Serap 849.181 Tenaga Kerja

Untuk itu, Riefky berharap ke depannya pemerintah lebih mendorong investasi pada sektor manufaktur, terutama industri pengolahan yang lebih bernilai tambah tinggi.

Dirinya meyakini, hal tersebut tidak hanya bisa menyerap jumlah tenaga kerja yang lebih besar, melainkan juga menghasilkan outlook perekonomian yang lebih tinggi pula.

Sementara itu, Analisis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution, Ronny P Sasmita menilai, jumlah penyerapan tenaga kerja yang hanya 849.181 orang tersebut masih belum optimal.

Pasalnya, jumlah lulusan pelajar/mahasiswa di Indonesia bisa mencapai di atas 4 juta orang. Artinya, masih ada gap antara jumlah penyerapan tenaga kerja dengan kondisi di lapangan. Menurutnya, belum optimalnya penyerapan tenaga kerja tersebut dikarenakan investasi yang belum merata di Indonesia.

"Sebenarnya itu masih bisa ditingkatkan lagi, menurut saya si bisa di atas satu juta (penyerapan tenaga kerja)," kata Ronny.

Meski begitu, dirinya meyakini target investasi tahun ini masih bisa dicapai oleh pemerintah meski memasuki tahun politik, terutama karena adanya momen kampanye.

Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menyampaikan, sektor manufaktur atau lebih spesifik sektor padat karya merupakan salah satu industri yang bisa menyerap angkatan kerja dalam jumlah yang sangat besar.

Untuk itu, dengan asumsi angkatan kerja akan bertambah setiap tahunnya, maka investasi di sektor padat karya mesti didorong. Adapun caranya adalah dengan mengevaluasi beragam insentif yang sudah diberikan pemerintah kepada industri manufaktur.

Baca Juga: BKPM Catat Realisasi Investasi pada Kuartal II-2023 Tumbuh 15,7%

"Apakah kemudian insentif ini memang sudah cukup untuk industri manufaktur atau ternyata masih dibutuhkan untuk perkembangan industri manufaktur," kata Yusuf.

Namun, menurut Yusuf, sektor manufaktur bukanlah satu-satunya jalan yang bisa mendorong jumlah penyerapan tenaga kerja yang lebih besar. Masih ada sektor lain atau lapangan usaha yang masih berpotensi didorong untuk menyerap bonus demografi yang dialami Indonesia.

Sektor tersebut adalah sektor pariwisata. Yusuf bilang, banyaknya pilihan wisata yang bisa ditawarkan oleh pemerintah, seharusnya bisa menjadi momentum untuk menyerap atau memanfaatkan bonus demografi.

"Mereka tentu perlu mendapatkan pelatihan baik yang sifatnya formal maupun informal untuk kemudian bisa bekerja di sektor pariwisata," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Pre-IPO : Explained Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM)

[X]
×