kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.774   -14,00   -0,09%
  • IDX 7.460   -19,91   -0,27%
  • KOMPAS100 1.153   -1,43   -0,12%
  • LQ45 914   0,41   0,05%
  • ISSI 225   -1,12   -0,49%
  • IDX30 472   0,95   0,20%
  • IDXHIDIV20 569   1,36   0,24%
  • IDX80 132   0,02   0,01%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,24   0,16%

Ekonom Proyeksikan PNBP Tahun 2023 Lebih Rendah dari Target APBN, Ini Alasannya


Jumat, 09 Juni 2023 / 19:11 WIB
Ekonom Proyeksikan PNBP Tahun 2023 Lebih Rendah dari Target APBN, Ini Alasannya
ILUSTRASI. Petugas melayani wajib pajak di salah satu kantor pelayanan pajak pratama di Jakarta, Selasa (30/8/2022). Ekonom Proyeksikan PNBP Tahun 2023 Lebih Rendah dari Target APBN, Ini Alasannya.


Reporter: Maria Gelvina Maysha | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA.  Penurunan harga komoditas Sumber Daya Alam (SDA), seperti minyak dan gas, batubara, dan Crude Palm Oil (CPO), akan berdampak pada penurunan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). 

Bhima Yudhistira, Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), memproyeksikan total PNBP pada akhir tahun 2023 sebesar Rp 380 Triliun.

Proyeksi PNBP ini lebih rendah dari yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 yang sebesar Rp 441,4 Triliun. Bahkan target yang ditetapkan dalam APBN tersebut sudah menurun dibandingkan dengan realisasi PNBP dalam APBN tahun 2022 sebesar Rp 588,3 Triliun.

Baca Juga: KKP Siapkan Aturan Turunan Pengelolaan Pemanfaatan Pasir Laut

Menurut Bhima, proyeksi PNBP sebesar Rp 380 triliun tersebut didasarkan pada adanya koreksi yang signifikan dari segi harga dan volume komoditas sebagai akibat dari perlambatan ekonomi di negara-negara tujuan ekspor SDA Indonesia, seperti China, Amerika Serikat, Eropa, Korea Selatan, dan Jepang.

"Berdasarkan tren yang terjadi, booming harga komoditas bisa dikatakan sudah mulai berakhir. Oleh karena itu, proyeksi PNBP untuk tahun 2023 sudah dikoreksi jika dibandingkan dengan target tahun sebelumnya," ujar Bhima kepada Kontan pada Jumat (9/6).

Bukan hanya ketiga komoditas tersebut, Bhima juga menyebutkan bahwa penurunan harga nikel juga berpengaruh terhadap situasi ini.

Baca Juga: Demi Keuntungan, Jangan Mengabaikan Lingkungan

"Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa karena Indonesia mendorong produksi nikel secara massal, harga nikel di pasar internasional semakin merosot akibat adanya suplai yang berlebihan saat produsen stainless steel di China sedang mengalami kontraksi," jelasnya.

Oleh karena itu, Bhima memperingatkan pemerintah untuk bersiap menghadapi penurunan PNBP hingga tahun 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×