Reporter: Maria Gelvina Maysha | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan harga komoditas Sumber Daya Alam (SDA), seperti minyak dan gas, batubara, dan Crude Palm Oil (CPO), akan berdampak pada penurunan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Bhima Yudhistira, Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), memproyeksikan total PNBP pada akhir tahun 2023 sebesar Rp 380 Triliun.
Proyeksi PNBP ini lebih rendah dari yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 yang sebesar Rp 441,4 Triliun. Bahkan target yang ditetapkan dalam APBN tersebut sudah menurun dibandingkan dengan realisasi PNBP dalam APBN tahun 2022 sebesar Rp 588,3 Triliun.
Baca Juga: KKP Siapkan Aturan Turunan Pengelolaan Pemanfaatan Pasir Laut
Menurut Bhima, proyeksi PNBP sebesar Rp 380 triliun tersebut didasarkan pada adanya koreksi yang signifikan dari segi harga dan volume komoditas sebagai akibat dari perlambatan ekonomi di negara-negara tujuan ekspor SDA Indonesia, seperti China, Amerika Serikat, Eropa, Korea Selatan, dan Jepang.
"Berdasarkan tren yang terjadi, booming harga komoditas bisa dikatakan sudah mulai berakhir. Oleh karena itu, proyeksi PNBP untuk tahun 2023 sudah dikoreksi jika dibandingkan dengan target tahun sebelumnya," ujar Bhima kepada Kontan pada Jumat (9/6).
Bukan hanya ketiga komoditas tersebut, Bhima juga menyebutkan bahwa penurunan harga nikel juga berpengaruh terhadap situasi ini.
Baca Juga: Demi Keuntungan, Jangan Mengabaikan Lingkungan
"Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa karena Indonesia mendorong produksi nikel secara massal, harga nikel di pasar internasional semakin merosot akibat adanya suplai yang berlebihan saat produsen stainless steel di China sedang mengalami kontraksi," jelasnya.
Oleh karena itu, Bhima memperingatkan pemerintah untuk bersiap menghadapi penurunan PNBP hingga tahun 2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News