Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) merilis nilai cadangan devisa (cadev) hingga Januari 2018 sebesar US$ 131,98 miliar. Nilai tersebut meningkat tipis sebesar US$ 1,78 miliar dibandingkan cadev pada Desember senilai US$ 130,20 miliar.
BI menyebutkan, peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh penerimaan devisa yang berasal dari pajak dan hasil ekspor migas bagian pemerintah, penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, serta hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas.
Ekonom BCA David Sumual mengatakan, meski kenaikan ini disebabkan oleh migas dan hasil lelang SBBI valas, cadev diperkirakan masih akan terus mengalami tren kenaikan pada tahun ini.
“Saya pikir akan naik terus karena migas harganya masih cenderung tinggi. Kedua, minat asing masuk portfolio kita juga masih besar. Masih ada peluang kenaikan dari SBBI valas itu. Lalu ketika pemerintah keluarkan SBN valas, itu juga kan otomatis jadi cadev dan minat asing masih kuat,” ujarnya kepada KONTAN, Rabu (7/2).
Hal ini menurut David ditambah lagi dengan adanya peluang Moody’s naikkan rating Indonesia, “Dan makin bagus juga karena dari sisi rasio terhadap impor maupun terhadap utang jangka pendek makin baik walaupun untuk impor sudah sangat ideal, tapi mungkin untuk utang jangka pendek belum ideal,” kata dia.
Ia pun optimistis apabila harga minyak dunia pun turun, tidak lantas membuat cadev terkoreksi, “Bukan terkoreksi, tetapi mungkin naiknya tidak akan besar dan kencang,” ucapnya.
David menambahkan, sumber devisa Indonesia sendiri terbatas dari beberapa sumber saja lantaran dalam pengelolaan devisa, Indonesia cenderung pasif.
Oleh karena itu, yang hanya bisa diambil dari hasil migas, pinjaman luar negeri pemerintah, dan SBBI valas. “Kalau SBBI valas, mungkin porsinya tidak sebesar kalau pemerintah keluarkan SBN valas,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News