Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang akhir akhir tahun, kebutuhan valuta asing (valas) diperkirakan akan meningkat pada akhir kuartal IV-2019. Kenaikan kebutuhan valas, khususnya, terjadi di korporasi.
"Ini merupakan pola tahunan dan dalam rangka pembayaran Utang Luar Negeri (ULN), serta peningkatan repatriasi korporasi dalam rangka pembayaran dividen," kata Ekonom Bank Permata Josua Pardede kepada Kontan.co.id, Senin (28/10).
Baca Juga: Pemerintah terbitkan global bond untuk biayai pelebaran defisit, simak imbal hasilnya
Selain itu, Josua juga menambahkan bahwa ada faktor-faktor yang memengaruhi nilai tukar rupiah dalam jangka pendek, yaitu selisih permintaan dan penawaran valas, interest rate differential, term of trade yang mengukur, resiko, dan harga minyak.
Berbicara soal permintaan dan penawaran valas, meski permintaan valas tercatat naik, Josua memandang bahwa ini juga seiring dengan meningkatnya penawaran valas. Terutama, dari masuknya dana asing di pasar saham dan obligasi.
Hal ini bisa dilihat dari inflow di pasar saham dan obligasi dalam periode Januari 2019 - September 2019 yang sebesar US$ 13 miliar. Jumlah ini lebih besar daripada inflow pada periode yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya sebesar US$ 2,9 miliar.
Baca Juga: Pasar obligasi positif, global bond baru Indonesia tinggi peminat