Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Ekonom Maybank Indonesia Juniman mengatakan, nilai tukar rupiah hingga akhir tahun akan tergantung pada kondisi global dan domestik. Namun demikian menurutnya, penguatan rupiah akan sangat tergantung pada realisasi program tax amnesty pemerintah.
Juniman menjelaskan, dari sisi global, pergerakan nilai tukar rupiah berkaitan dengan ekspektasi pasar terhadap kebijakan yang akan diambil Presiden AS terpilih Donald Trump dan kebijakan moneter yang akan diambil Bank Sentral AS.
Sementara dari sisi domestik lanjut dia, nilai tukar rupiah akan sangat tergantung pada dana repatriasi amnesti pajak. Dana-dana tersebut diperkirakan akan banyak masuk mulai minggu depan.
"Kalau sampai Desember datang sekitar Rp 100 triliun (dana repatriasi) itu ada peluang rupiah balik ke Rp 13.000 per dollar AS di akhir tahun," kata Juniman saat dihubungi, Selasa (29/11).
Meski demikian lanjutnya, jika dana repatriasi amnesti pajak yang benar-benar masuk tidak sesuai ekspektasi maka nilai tukar rupiah bisa berada di level Rp 13.000-Rp 13.600 hingga akhir tahun.
Ia juga melihat, upaya intervensi kurs rupiah yang dilakukan BI tak semasif saat sebelum dilaksanakannya rapat dewan gubernur (RDG) 17 November lalu. "BI intervensi tapi disesuaikan dengan kondisi pasar. Kalau regional melemah semua, BI kelihatannya tidak masif melakukan intervensi," tambah Juniman.
Sementara itu, ia memperkirakan rata-rata nilai tukar rupiah tahun depan akan berada di level Rp 13.300 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News