Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih berpendapat, posisi kewajiban yang lebih besar dari aset finansial luar negeri itu bukanlah sesuatu yang bahaya. Hanya saja hal tersebut perlu diwaspadai.
Menurut Lana, ketika kewajiban lebih besar daripada aset, berarti arus dollar yang masuk lebih kecil daripada yang keluar. Kondisi yang sehat adalah arus dollar yang masuk lebih besar daripada yang keluar. "Ini perlu kewaspadaan karena yang bawa dollar berkurang," ujarnya, Selasa (30/6).
Menurut Lana, pada triwulan I 2015 Indonesia mengalami kondisi yang sulit di mana ekonomi Indonesia menurun. Hal ini mengakibatkan investor enggan membawa masuk uangnya. Ke depan, posisi PII akan bergantung pada data-data fundamental ekonomi.
Kalau data fundamental ekonomi Indonesia bagus, maka arus aset yang masuk baik portofolio ataupun langsung akan kencang. Naiknya posisi aset investasi langsung pada triwulan II menunjukkan kondisi yang baik karena merupakan hasil dari Penanaman Modal Asing (PMA).
Ia melihat, posisi net PII pada triwulan II akan kembali naik. "Aset akan berkurang dengan rupiah yang melemah cukup tajam pada triwulan II," imbuhnya. Sebagai informasi, Net PII Indonesia pada triwulan I 2015 adalah US$ 427,57 miliar atau 48% dari PDB. Posisi ini naik dibanding triwulan IV 2014 yang mencatat net sebesar US$ 421,32 miliar atau 47,4% dari PDB.
Dalam catatan BI, peningkatan net ini disebabkan peningkatan pada posisi kewajiban finansial luar negeri yang lebih besar dibanding peningkatan posisi aset finansial luar negeri (AFLN). Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya posisi kepemilikan asing atas surat utang pemerintah baik rupiah maupun valas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News