kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Ekonom Ini Sebut Target Pertumbuhan Ekonomi dari Kandidat Capres Sulit Tercapai


Jumat, 27 Oktober 2023 / 04:30 WIB
Ekonom Ini Sebut Target Pertumbuhan Ekonomi dari Kandidat Capres Sulit Tercapai
ILUSTRASI. Bacapres Ganjar Pranowo dan Bacawapres Mahfud MD menyapa para pendukung saat akan melakukan pendaftaran ke Komisi Pemilihan Umum, Jakarta, Kamis (19/10/2023). KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tiga kandidat capres-cawapres Pemilu 2024 telah mendaftar ke KPU. Salah satu visi misi dan program yang ditunggu publik terkait bidang ekonomi.

Dalam dokumen visi misi para kandidat capres-cawapres, pasangan calon Anies-Muhaimin menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5% - 6,5% per tahun. 

Berikutnya, pasangan calon Ganjar-Mahfud MD menargetkan pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7%.

Sementara itu, dalam dokumen visi-misinya, Prabowo-Gibran tidak mencantumkan target pertumbuhan ekonomi yang akan dicapai jika nantinya terpilih.

Baca Juga: Tiga Kandidat Capres Dinilai Belum Teruji dalam Pengentasan Kemiskinan

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, target lebih dari 5% memang dibutuhkan untuk menyerap tambahan tenaga kerja. Apalagi ke depan Indonesia dihadapi tantangan perkembangan teknologi terkait automatisasi dan artificial intelligence (AI).

David menilai, dari visi misi ketiga kandidat, tidak terlihat secara detil bagaimana blue print untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tersebut. 

Sebab, banyak program-program belanja yang menyasar spesifik bidang atau sektor tertentu. Akan tetapi tidak dijelaskan bagaimana mendorong kenaikan penerimaan negara dan bagaimana mengakselerasi ekonomi ke depan.

Menurutnya, problem-problem krusial yang dihadapi saat ini belum dipetakan. Seperti persoalan daya saing industri, penyerapan tenaga kerja, serbuan barang impor, rendahnya skill tenaga kerja, ekonomi yang orientasinya berat ke komoditas mentah dan lainnya.

"Di sisi lain tidak ada peta jalan industrial policy ke depan," ujar David kepada Kontan, Kamis (26/10).

Baca Juga: Pemerintah Memperkirakan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melambat di Kuartal III-2023

Lebih lanjut David mengatakan, pertumbuhan ekonomi 5% sebenarnya merupakan pertumbuhan minimal tanpa melakukan apapun. Karena sektor konsumsi yang porsinya sekitar 60% saja kalau rata-rata tumbuh 5% maka dari sektor tersebut saja sudah berkontribusi 3%.

"Untuk mencapai pertumbuhan lebih dari 5% dibutuhkan peningkatan investasi. Porsi investasi dalam ekonomi yang sekarang hanya sekitar 30% perlu ditingkatkan hingga ke arah 40% porsinya dalam ekonomi," jelas David.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×